Selasa 10 Sep 2019 09:08 WIB

Cerita Kolaborasi 5 Kerajaan Islam Lawan Portugis di NTT

Kolaborasi 5 kerajaan bukti Islam kuat di NTT.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Wisata ke NTT bukan hanya sebatas menikmati Pulau Komodo, terdapat sejumlah atraksi yang tak kalah menarik seperti Pantai Lasiana atau Pulau Kera yang juga cantik.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Wisata ke NTT bukan hanya sebatas menikmati Pulau Komodo, terdapat sejumlah atraksi yang tak kalah menarik seperti Pantai Lasiana atau Pulau Kera yang juga cantik.

REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, Lima kerajaan kecil yang dibangun masyarakat Muslim membuat persekutuan untuk melawan Portugis di Pulau Solor, NTT. Selanjutnya mereka disebut persekutuan Solor Watan Lema atau Negeri Lima Pantai.

Kerajaan yang tergabung dalam persekutuan di antaranya Kerajaan Lohayong, Kerajaan Lamakera, Kerajaan Lamahala, Kerajaan Terong, dan Kerajaan Labala. Lima kerajaan itu tersebar di tiga pulau di antaranya Pulau Solor, Adonara, dan Lomblen.  

Baca Juga

Latar belakang terbentuknya persekutuan Solor Watan Lema dijelaskan dalam jurnal berjudul Situs Menanga Solor Flores Timur, Jejak Islam di NTT yang ditulis Muhamad Murtadlo. Diterbitkan Jurnal Lektur Keagamaan Kementerian Agama tahun 2017.

Murtadlo menceritakan, Sultan Menanga bernama Shahbudin bin Ali bin Salman Al Farisi yang datang ke Pulau Solor berhasil memimpin persekutuan Solor Watan Lema antara tahun 1613-1645. Kemudian Shahbudin menyebut dirinya Sultan Menanga karena berkuasa di wilayah Menanga. 

Persekutuan lima kerajaan kecil sendiri bertujuan untuk melawan bangsa Portugis yang telah membangun benteng di Lohayong. Benteng tersebut kini dikenal dengan nama Benteng Lohayong atau Benteng Fort Henricus.

"Karena ada momen itu, lima kerajaan pantai yang semuanya hampir bisa dikatakan Kerajaan Islam bersatu, mereka menyusun kekuatan bersama untuk menaklukkan Benteng Portugis," kata Murtadlo belum lama ini.  

Sebelumnya diceritakan dalam jurnalnya, bangsa Portugis datang ke Solor sekitar 1561. Kemudian mereka membangun Benteng Lohayong pada 1566. Pada saat itu masyarakat Solor dan sekitarnya meminta Sultan Menanga untuk memimpin perlawanan terhadap Portugis.  

Perlawanan Sultan Menanga bersama Negeri Lima Pantai terhadap Portugis didukung oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Diketahui VOC sendiri memiliki keinginan menggeser kekuasaan Portugis di daerah Lohayong.

Sebagai imbalan untuk Sultan Menanga, VOC akan mengakui kedaulatan persekutuan Solor Watan Lema. Terkait tujuan VOC menggeser Portugis tidak lepas dari kepentingan mereka untuk mendapatkan keuntungan dari kepergian Portugis.    

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement