REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Militer Korea Selatan (Korsel) mengatakan Korea Utara (Korut) menembakkan dua proyektil tak dikenal ke arah laut. Penembakan tersebut dilakukan beberapa jam setelah mereka menawarkan untuk menggelar kembali diplomasi nuklir dengan Amerika Serikat (AS). Mereka juga meminta Washington menyiapkan proposal baru.
Penembakan proyektil tak dikenal dan permintaan atas proposal baru yang diajukan pada Selasa (10/9) ini tampaknya bertujuan untuk menekan AS agar bersedia memberikan kelonggaran terhadap mereka. Dua langkah itu dilakukan tepat saat perundingan AS-Korut akan di mulai kembali.
Korut diketahui ingin AS memberikan jaminan keamanan dan kelonggaran atas sanksi yang diberlakukan Negeri Paman Sam sebagai imbalan atas denuklirasasi terbatas yang mereka lakukan. Proyektil itu ditembakkan dari provinsi South Phyongan.
Provinsi yang mengelilingi ibu kota Pyongyang. Menurut Kepala Staf Gabungan (JCS) dan Kementerian Pertahanan Korsel proyektil tersebut terbang sejauh 330 kilometer dan mengarah ke perairan di pantai timur Korut.
Militer Korsel mengatakan mereka mengawasi kemungkinan penembakan berikutnya. JCS mengatakan militer Korsel dan AS sedang menganalisis penembakan tersebut. Tapi, mereka belum dapat memastikan apakah yang ditembakkan itu senjata rudal balistik atau artileri roket.
Itu menjadi penembakan kedelapan Korut sejak akhir Juli lalu. Penembakan pertama sejak 24 Agutus. Tujuh penembakan sebelumnya dilakukan dengan misil jarak pendek dan sistem artileri roket yang menurut para ahli berpotensi dapat diperkuat hingga mampu menghantam Korsel termasuk pangkalan militer AS di sana.
Pada Senin (9/9) malam, Wakil Menteri Luar Negeri Korut Choe Son Hui mengatakan negaranya bersedia untuk memulai kembali diplomasi nuklir pada akhir September mendatang. Tapi, Washington harus datang ke perundingan itu dengan proposal baru yang dapat diterima.
Son Hui mengatakan jika proposal baru tersebut tidak memuaskan Korut maka perundingan antara kedua negara mungkin dapat berakhir. Presiden AS Donald Trump mengatakan pengumuman Korut ini 'menarik'.
"Kami lihat nanti apa yang terjadi, di saat yang sama, kami mendapatkan kembali orang kami yang disandera, kami mendapatkan kembali sisa pahlawan hebat kami dan tidak ada ujicoba nuklir dalam waktu yang lama," kata Trump.
Gedung Putih mengatakan mereka mengetahui laporan penembakan proyektil yang dilakukan Korut. Saat ini mereka masih mengawasi situasinya dan berbicara dengan sekutu di kawasan itu.
Kantor Kepresidenan Korsel mengatakan penasihat keamanan nasional Chung Eui-yong memimpin rapat darurat Dewan Keamanan Nasional. Para pejabat pemerintah Korsel menyampaikan 'kekhawatiran yang kuat' atas berlanjutnya peluncuran rudal jarak pendeka yang dilakukan Korut.