REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Islam melindungi kaum yang lemah, termasuk anak yatim yang pada dasarnya kehilangan sumber kasih sayang. Karena itu, Islam memandang bahwa anak yatim harus diperlakukan dengan baik. Bahkan, menyantuni dan memeliharanya pun akan menjadi pahala.
Pakar fiqih yang juga Direktur Rumah Fikih Indonesia (RFI), Ustaz Ahmad Sarwat, mengatakan dalam Alquran ada beberapa ayat yang menganjurkan untuk mengurusi anak yatim.
Alquran surah Adh-Dhuha ayat 6, misalnya, Allah SWT menyebutkan Nabi Muhammad SAW adalah seorang yatim. Pada ayat ke-9 surat Adh-Dhuha itu, ada larangan untuk menghardik anak yatim.
Surah al-Kahfi ayat ke-82 juga dikisahkan bagaimana Nabi Khaidir AS membangun tembok yang hampir roboh agar harta yang terpendam di dalamnya yang merupakan peninggalan orang tua anak yatim tersebut tetap terjaga.
Dia mengatakan, menyantuni dan mengurusi anak yatim akan menjadi pahala bagi yang melakukannya. Menurutnya, banyak hadis Nabi SAW yang menganjurkan untuk mengurusi anak yatim. Salah satunya yang paling terkenal ketika Rasulullah SAW menjamin bahwa orang yang menjadi kafil anak yatim akan bersamanya nanti di surga.
"Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini", kemudian beliau SAW mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah dan merenggangkan keduanya." (HR Bukhari)
Selain itu, Ustaz Sarwat mengatakan bahwa memelihara anak yatim juga bisa melahirkan keberkahan tersendiri. Sebagaimana disebutkan dalam hadis, "Sebaik-baik rumah di kalangan kaum Muslimin adalah rumah yang terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan baik. Dan sejelek-jelek rumah di kalangan kaum Muslimin adalah rumah yang terdapat anak yatim dan dia diperlakukan dengan buruk." (HR. Ibnu Majah)
"Dengan menyantuni dan memelihara anak yatim, maka akan banyak kelimpahan berkah yang ada pada rumah tersebut tidak peduli seberapa bagus atau jelek rumah tersebut," kata Ustaz Sarwat, melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id, Selasa (10/9).
Dalam Alquran surat Al-Fajr, menurutnya, ditemukan isyarat bahwa salah satu dampak dari dibatasinya harta, karena tidak memuliakan anak yatim.
"Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku". Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim" (QS. al-Fajr : 16-17).