Selasa 10 Sep 2019 18:27 WIB

Indonesia tak Terima Dituding Penyebab Asap di Malaysia

Dari pemantauan, asap Indonesia hanya sempat menyeberang ke Malaysia selama 1 jam

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Seorang perempuan (kedua dari kanan) menjemur pakaian tidak jauh dari Menara Kembar Petronas di Malaysia yang diselimuti kabut asap akibat pembakaran hutan di Sumatra dan Borneo, Ahad (4/10).
Foto: AP Photo/Joshua Paul
Seorang perempuan (kedua dari kanan) menjemur pakaian tidak jauh dari Menara Kembar Petronas di Malaysia yang diselimuti kabut asap akibat pembakaran hutan di Sumatra dan Borneo, Ahad (4/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar berencana mengirim surat resmi kepada Duta Besar Malaysia untuk Indonesia terkait perkembangan penanganan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Surat ini, ujar Siti, diharapkan bisa diteruskan kepada menteri yang berwenang di Malaysia dan memberi pemahaman yang benar mengenai asal usul penyebaran asap hingga Kuala Lumpur, Malaysia.

Siti menjelaskan, pada prinsipnya pemerintah terus memantau jumlah titik panas di seluruh Tanah Air. Pemerintah, kata dia, juga memantau pergerakan asap yang berpotensi menyeberang ke perbatasan Malaysia dan Singapura.

Baca Juga

Dari hasil pemantauan tersebut, tercatat asap Indonesia hanya sempat menyeberang ke Malaysia selama 1 jam saja pada Ahad (8/9) lalu. Sedangkan Malaysia sendiri terpantau memiliki jumlah titik panas yang cukup banyak untuk menghasilkan asap di negaranya sendiri.

"Kenapa Malaysia mengatakan seperti itu? Ada informasi yang dia tidak buka. Asap yang masuk ke Malaysia, ke Kuala Lumput, itu dari Serawak kemudian dari Semenanjung Malaya, dan juga mungkin sebagian dari Kalbar. Oleh karena itu seharusnya obyektif menjelaskannya," jelas Siti di Istana Negara, Selasa (10/9).

Siti juga mengklarifikasi kabar yang menyebut bahwa asap dari Riau menyeberang hingga Singapura. Menurutnya, berdasarkan pantauan satelit, asap dari Malaysia tidak mungkin menyeberang hingga Singapura lantaran dalam beberapa hari belakangan angin bergerak cukup kencang dari Semenanjung Malaya.

"Itu sebabnya mungkin juga, walaupun hot spot (di Malaysia) nggak banyak tapi asap lebih pekat karena yang di atas dia terhadang angin," kata Siti.

Siti memastikan bahwa persoalan kebakaran hutan dan lahan terus menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia. Hingga Senin (9/9) kemarin, KLHK mencatat jumlah titik panas di seluruh Indonesia menyentuh angka 4.000-an titik. Per Selasa (10/9) pagi, angkanya sempat menurun ke level 2.000-an. Namun sore hari ini, jumlah titik panas nasional naik lagi ke angka 4.000-an titik.

"Pokoknya istilah saya fluktuatif. Kita selalu jaga ya.

Siti menyampaikan bahwa perkembangan jumlah titik panas yang mengkhawatirkan justru terjadi di Kalimantan Tengah. Pemerintah juga sudah menyiagakan 46 helikopter yang siap melakukan pemadaman api dari udara. Rinciannya, 17 helikopter disiagakan di Riau, 11 unit di Sumatra Selatan, 7 unit di Kalimantan Tengah, dan 7 unit disiapkan di Kaliamantan Barat.

Sebelumnya, pemerintah Malaysia menawarkan kepada Indonesia untuk membantu memadamkan api di Kalimantan dan Sumatra sehubungan kemunculan kembali kabut asap lintas batas negara. Menteri Energi, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Lingkungan dan Perubahan Iklim (MESTECC) Malaysia Yeo Bee Yin mengemukakan hal itu dalam pernyataan yang diposting di akun Facebook-nya, Selasa (10/9).

Dia mengatakan saat ini ada kebutuhan mendesak bagi Indonesia untuk mengatasi kebakaran di wilayahnya. Pada Senin, pukul 16.00 sore dua lokasi di negara tersebut Kuching dan Sri Aman ditemukan berada dalam kisaran yang sangat tidak sehat dari Indeks Pencemar Udara (API) sedangkan sembilan stasiun API lainnya di Sarawak dan Lembah Klang berada di kisaran yang tidak sehat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement