REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mendorong perusahaan e-commerce untuk go public. Hal tersebut menanggapi kabar salah satu perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia, Bukalapak, yang sedang goyah.
"Kita sudah sering menyampaikan manfaat IPO (Initial Public Offering). Tapi belum ada proses yang konkrit dari e-commerce," kata Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko BEI Fithri Hadi, Rabu (11/9).
Meski demikian, Fithri memastikan BEI terus melakukan upaya sosialisasi agar perusahaan e-commerce segera melantai di pasar modal. Menurut Fithri dengan go public, perusahaan bisa mendapatkan sumber pendanaan lain selain dari perbankan.
Adapun, BEI mengaku sudah pernah melakukan beberapa kali pertemuan dengan manajemen Bukalapak. BEI juga sudah memberikan kemudahan dari sisi peraturan agar perusahaan e-commerce bisa IPO. Namun, upaya-upaya tersebut masih belum membuahkan hasil.
Sebelumnya, platform e-commerce Bukalapak melakukan pemangkasan jumlah karyawan. Manajemen Bukalapak menyebut penataan internal tersebut merupakan bagian dari strategi bisnis perusahaan ke depan.
Sementara itu, berdasarkan keterbukaan informasi di BEI, PT Bukalapak.com mengalami penurunan pendapatan yang cukup signifikan. Pada semester I 2019, Bukalapak membukukan pendapatan sebesar Rp 69,7 miliar.
Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu, perusahaan mampu mencatatkan pendapatan mencapai Rp 119 miliar.