REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. (BTPN) mencatat adanya penurunan beban bunga sejak penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia. Direktur Utama Bank BTPN, Ongki Wanadjati Dana menyampaikan kebijakan ini telah membawa relaksasi meski belum optimal.
"Penurunan suku bunga BI butuh waktu untuk bisa diikuti dengan penurunan tingkat bunga, sekarang deposito sudah turun, mudah-mudahan nanti diikuti dengan kredit," kata dia usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Rabu (11/9).
Menurutnya, beban bunga atau cost of fund turun sekitar 20 basis poin dan bunga deposito sudah turun 25 basis poin. Ia berharap juga dapat segera berpengaruh pada peningkatan permintaan pinjaman kredit meski saat ini belum terlihat.
Ongki mengatakan BTPN menargetkan pertumbuhan kredit yang prudent dan berkualitas. Tidak ada sektor yang lebih utama dari yang lain. Korporasi dan ritel tetap digenjot secara sepadan.
"Kami tetap stabilisasi dan integrasi berjalan lancar ke depan, juga terus kembangkan bisnis utama korporasi, ritel, mikro, kita juga mulai bangun sinergi ketiganya dengan digital," katanya.
BTPN juga hati-hati dalam pemberian kredit dan akan menjaga rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di bawah satu persen. Data terakhir semester I 2019 mencatat NPL gross BTPN sebesar 0,8 persen.
Ongki mengatakan ini berkat kualitas kredit korporasi yang mumpuni dan pendampingan pada kredit ritel. Kedua sektor ini menempati porsi yang sama sebagai sumber pertumbuhan kinerja.
Kredit tercatat meningkat 112 persen menjadi Rp 143,4 triliun dan laba naik 13 persen menjadi Rp 1,3 triliun. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), katanya, sesuai dengan target dan akan meningkat sesuai dengan kebutuhan kreditnya. Pada Semester I 2019, pertumbuhan aset tercatat mengalami kenaikan sebesar 87 persen menjadi Rp 187,05 triliun dari Rp 99,9 triliun.