REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) 2019 di Ternate, Maluku Utara, disambut dengan gembira dan dibuka dengan antusias. Bertempat di Benteng Oranje, ICCF 2019 dibuka secara resmi oleh Wali Kota Ternate Burhan Abdurahman, Senin (2/9) ditandai tabuhan tifa, alat musik tradisional khas Maluku Utara, serta tarian tradisional seperti Coka Iba, Togal, dan Kapita.
Karnaval Budaya menjadi kegiatan pembuka dalam rangkaian acara ICCF 2019. Parade warna-warni seni dan budaya tradisional ditampilkan dalam parade sepanjang Kedaton Kesultanan dan Benteng Oranje, dengan misi “Merajut Kembali Indonesia”. Spice Tour kemudian digelar Selasa (3/9), dengan menjelajahi kawasan hutan di Titik Nol Rempah-rempah Dunia, Cengkeh Afo, untuk bersantap siang dengan suguhan makanan berbahan dasar berbagai rempah yang disajikan oleh Komunitas Cengkeh Afo dan Gamalama Spices (CAGS).
Kegiatan berlanjut dengan berlayar ke Pulau Hiri. Ketua Umum ICCN Fiki Satari turut bergabung dalam rombongan besar yang terdiri dari Ketua Jaringan Komunitas Ternate (JARKOT) Zandry Aldrin, serta delegasi ICCN dan ICCF, Deputy of Spain Ambassador, para stakeholders UMKM, pelaku sektor pariwisata, hingga keynote speakers Indonesia Creative Cities Conference (ICCC).
Pembahasan mengenai ekonomi kreatif daerah pun dilaksanakan dalam skala nasional pada Indonesia Creative Cities Conference (ICCC), yang digelar Rabu (4/9). Pada kesempatan mengisi sesi pertama ICCC, Ketua APEKSI (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia) sekaligus Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany pun memberi pujian kepada Ternate. “Ternate punya laut, gunung, komunitas, punya potensi luar biasa dan punya sejarahnya. Ternate mantap, keren. Teman-teman dari ICCF harus tahu bahwa Ternate punya apa-apa,” kata dia.
Pada hari kedua konferensi, Kamis (5/9), CEO GDP Venture Martin Hartono membahas panjang-lebar mengenai topik Kota Kreatif dan Tantangan Global. Martin Hartono sekaligus mempresentasikan sederet panjang prestasi para musikus muda Indonesia yang berhasil dibawanya tampil hingga pentas level dunia, seperti Rich Brian, NIKI, Stephanie Poetri, dan Devinta Trista Agustina.
Martin Hartono pun menayangkan video-video ketika keempat musikus muda Indonesia ini tampil pada Head in the Clouds Festival 2019 di Los Angeles, Amerika Serikat. Dimulai dengan NIKI yang membuka konser tersebut dengan menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” bersama adanya anak-anak muda berpakaian warna merah-putih yang berdiri di panggung sambil memegangi bendera Indonesia. Penampilan mereka yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI yang ke-74 itu berhasil memikat generasi muda Amerika Serikat, yang antusias merekam penampilan NIKI menggunakan gawai masing-masing dan turut menyebarkannya ke seluruh dunia.
“Kami menargetkan 9.000, yang datang 25.000 penonton, dengan harga tiket 150 dolar AS,” kata dia. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pun menyampaikan pada presentasinya di hari kedua ICCC, betapa penting mengemas informasi secara relevan melalui media sosial yang sekarang lebih banyak diakses oleh masyarakat pada kehidupan sehari-hari.
Mengunggah foto atau video pada media sosial itu terkesan seperti aktivitas ringan, tapi sebetulnya bisa dikelola, hingga informasi yang tersebar itu dapat membentuk identitas dan persepsi yang baik mengenai diri atau tempat tinggal kita. Reputasi yang positif bisa dicapai dan menyebar hingga ke seluruh dunia, sehingga daerah kita memiliki daya tarik lebih bagi para wisatawan, pengunjung, hingga para investor.
Hari berikutnya, 06 September 2019, terjadi pencapaian tingkat dunia pada momentum Gugu Gia Si Kololi, yaitu 42 ribu orang peserta yang “memeluk” Gunung Gamalama dengan bergandengan tangan selama 7 menit. Kegiatan puluhan ribu orang yang bergandengan tangan ini merupakan wujud tekad bersama untuk terus merajut persatuan dan kesatuan Indonesia.