REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengungkapkan bahwa bangsa Indonesia telah kehilangan salah satu tokoh terbesarnya, seorang bapak bangsa dan Bapak Teknologi. Ia mengatakan, Habibie merupakan eyang yang dicintai seluruh rakyat Indonesia.
"Hampir setiap Ibu menginginkan anaknya menjadi pintar seperti Bapak Habibie," ujar Menristekdikti dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu, terkait wafatnya Presiden ketiga Indonesia H Bacharuddin Jusuf Habibie.
Menurut Menristekdikti, selama puluhan tahun Habibie telah mengabdikan diri kepada bangsa Indonesia dalam bidang pengembangan Iptek dan Inovasi.
"Prof BJ Habibie adalah sosok yang sangat diidolakan semua kalangan baik dari segi intelektual, jiwa kepemimpinan, hingga rasa kasih sayang Beliau terhadap keluarga dan sesama manusia," katanya.
Menteri Nasir melihat BJ Habibie sebagai seorang Presiden, Bapak Teknologi Indonesia yang menjadi Menteri Riset dan Teknologi selama 20 tahun, dan sosok intelektual yang sukses membangun paradigma riset dan teknologi yang bisa membangun peradaban yang lebih maju untuk Indonesia. Kontribusi Bapak BJ Habibie terhadap kemajuan bangsa Indonesia dinilai sangat inovatif, inspiratif dan bermakna bagi kemaslahatan bangsa.
Habibie menjadikan teknologi bangsa Indonesia disegani di tingkat dunia serta terus menerus menekankan pentingnya penguasaan iptek untuk kemajuan bangsa Indonesia. BJ Habibie meninggal akibat gangguan pada jantung pada Rabu sekitar pukul 18.05 WIB di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta.
Habibie dirawat di RSPAD sejak 1 September dan ditangani 44 tim dokter dipimpin oleh tim dokter kepresidenan. Habibie yang lahir di Parepare, Sulawesi Selatan pada 25 Juni 1936 dalam kariernya pernah menjabat sebagai wakil presiden, menteri Riset dan Teknologi, dan juga mempelopori lahirnya industri penerbangan di Tanah Air.