REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Legenda SS Lazio yang terkenal dengan gaya eksentriknya, Paolo Di Canio angkat bicara soal kepindahan Mauro Icardi. Ia menyebut, sang pemain Inter Milan tersebut sangat cocok bergabung dengan klub kaya asal Prancis, Paris Saint-Germain (PSG).
Pernyataan tersebut memiliki maksud tersendiri. Sebab, Di Canio memandang Icardi sebagai pemain yang indisipliner dan kerap membuat masalah. Hal itu, yang menjadi penyebab kubu i Nerazzurri ingin melepasnya dari Stadion Giuseppe Meazza.
Pria yang sempat bermain untuk klub Inggris West Ham United menilai Napoli tidak semestinya masuk dalam persaingan mendapatkan tanda tangan Icardi. I Partenopei, katanya, masih memiliki striker jempolan seperti Dries Mertens dan Arkadiusz Milik.
"Mengapa Ancelotti menginginkan seseorang seperti Icardi di Napoli? Seseorang tidak dapat meminta maaf kepada rekan satu timnya untuk semua kata-kata memalukan sang agen (Wanda Nara)," tegas Di Canio kepada surat kabar Il Mattino, dikutip Football Italia, Rabu (11/9).
Lebih lanjut, Di Canio mengklaim Icardi tak ubahnya seorang bomber kuno yang hanya bisa mencetak gol ketika bola datang dengan umpan silang dari garis akhir. Selebihnya, ia tak mampu melakukan apapun yang semestinya dapat dilakukan oleh penyerang modern.
"Jika ia tidak mencetak gol, maka ia tak akan pernah membantu timnya. Jadi, saya tidak terkejut sedikit pun ia pergi ke Paris Saint-Germain, rumah alami para pemain yang tidak disiplin," kata pria kelahiran Roma 51 tahun silam.
Icardi bergabung dengan Les Parisien dengan status pinjaman dan opsi pembelian permanen sebesar 70 juta euro pada akhir musim 2019/2020. Sebelumnya, Presiden PSG Nasser Al-Khelaifi merasa puas dengan kehadiran Icardi di Stade de Princes.
Al-Khelaifi bahkan mengklaim bomber berpaspor Argentina itu merupakan striker hebat yang dapat membantu timnya mencapai target musim ini.
Akan tetapi Di Canio tampaknya lupa mengaca diri. Sebab saat masih merumput, Di Canio juga kerap menimbulkan masalah. Meskipun buka termasuk indisipliner, ia kerap berulah dan memantik kontroversi.