REPUBLIKA.CO.ID, PAREPARE -- Wali Kota Parepare, HM Taufan Pawe berencana membuat rumah tempat kelahiran Presiden RI ke-3 Indonesia, BJ Habibie yang terletak di Pusat Kota Parepare, Sulawesi Selatan, menjadi Museum "BJ Habibie".
Hal itu diungkapkan Taufan saat mengunjungi rumah tempat kelahiran mantan Wakil Presiden RI itu, sesaat sebelum BJ Habibie dikabarkan meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto di Jakarta pada Rabu (11/9) pukul 18.05 WIB.
"Ini adalah tempat yang kita akan jadikan museum satu-satunya di dunia karena saya pernah menyampaikan kepada beliau (BJ Habibie) dan dia menantang saya dengan mengatakan 'saya tantang kamu Taufan untuk membuat museum di rumah kelahiran saya'," ujar Taufan mengenang pertemuannya dengan BJ Habibie saat berkunjung ke Kota Parepare pada 2017.
Taufan mengemukakan rencana pembangunan Museum BJ Habibie yang letaknya tidak jauh dari lokasi "Monumen Cinta Sejati Habibie-Ainun' di Kota Parepare itu, juga sudah mendapatkan dukungan positif dari Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah. Wali Kota Parepare menjelaskan sebelumnya rumah tempat kelahiran BJ Habibie itu telah menjadi aset Kementerian BUMN, yang dimanfaatkan PT BNI'46. Namun setelah ada pembicaraan BJ Habibie bersama Wali Kota Parepare Taufan Pawe dengan pihak PT BNI, sehingga rumah tersebut dialihkan sebagai aset daerah.
"Jadi saya bersama Bapak Habibie dan pihak BNI sudah bertemu, dan Alhamdulillah rumah beliau itu telah menjadi aset daerah sekarang, sehingga Insya Allah tahun 2020 kita mulai membangun museum tersebut," ujar Tuafan.
Selain museum tersebut, kata Taufan Pemerintah Kota Parepare juga berencana membangun Taman BJ Habibie. Hal itu bertujuan untuk menjadikan tokoh Menteri Riset dan Teknologi di era Presiden Soeharto itu sebagai edukasi dan inspirasi.
Prof Dr Ing Bacharuddin Jusuf Habibie atau dikenal BJ Habibie lahir di Kota Parepare 25 Juni 1936 dari paasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan Tuti Marini Puspowardojo. BJ Habibie yang memiliki tujuh bersaudara menikahi Hasri Ainun Besari yang melahirkan dua orang putra yakni Ilham Akbar Habibie dan Tareq Kemal Habibie.