REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Budaya damai menjadi syarat mutlak keberlangsungan pembangunan. Semua pihak termasuk tokoh-tokoh agama harus menumbuhkan budaya damai di tengah masyarakat.
Pernyataan tersebut disampaikan Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP), Syafiq Mughni, usai membuka Musyawarah Nasional Tokoh Antaragama bertajuk 'Membangun Budaya Damai untuk Persatuan Bangsa' di Hotel Shangri-La, Rabu (12/9) malam.
Dia melihat usaha-usaha membangun masyarakat yang damai dan harmonis kondisinya naik-turun. Kadang-kadang masyarakat menjadi sangat tegang karena terlibat konflik, kemudian menjadi damai. Setelah itu masyarakat bisa konflik lagi dan damai lagi. Menurutnya, kondisi tersebut terjadi karena budaya bangsa belum sesuai yang diharapkan.
"Kita belum memiliki budaya damai yang membuat kita ini jadi tangguh menghadapi berbagai macam tantangan dari dalam maupun luar," kata Syafiq.
Dia menerangkan, dengan memiliki budaya damai maka bangsa akan memiliki daya tahan yang kuat. Bermodal daya tahan yang kuat, bangsa akan bisa dan terbiasa menghadapi berbagai tantangan, infiltrasi, dan goncangan.
Karena itu membangun budaya damai di negeri ini menjadi sangat penting, bahkan menjadi sebuah keharusan agar tercipta masyarakat yang harmonis dan damai.
Tentu budaya damai menjadi syarat mutlak bagi keberlangsungan pembangunan di Indonesia yang beragam. Jika bangsa Indonesia tidak memiliki modal budaya damai, maka pembangunan yang sudah dilakukan selama puluhan tahun bisa hancur dalam sekejap.
Syafiq juga mengingatkan, budaya damai bisa memperkuat tubuh dan daya tahan bangsa dari berbagai macam tantangan yang bisa menghancurkan. "Kalau bangsa Indonesia tidak memiliki budaya damai maka daya tahan tubuh bangsa menjadi rentan terhadap berbagai macam bentuk provokasi, maka untuk memperkuat tubuh bangsa harus dibangun budaya damai," ujarnya.
Syafiq menyampaikan, dalam Musyawarah Nasional Tokoh Antaragama akan membahas dan menyepakati poin-poin penting. Di antaranya menyepakati bentuk pendidikan yang bisa menanamkan nilai-nilai damai dalam diri siswa dan mahasiswa.
Peserta musyawarah juga akan membahas model gerakan ekonomi bersama yang dibangun umat antaragama. Sehingga gerakannya bisa memberi kesejahteraan bagi semua kalangan. Selain itu akan dibahas persoalan kesehatan umat dan merumuskan bagaimana usaha tokoh-tokoh agama untuk mengatasinya.
Dia menambahkan, akan dibahas juga tentang lingkungan dan aksi kemanusiaan. UKP-DKAAP ingin mendorong agar semua umat antaragama bisa terlibat dalam aksi kemanusiaan. "Karena kita sering menghadapi bencana alam karena alam atau ulah manusia, tentu ketika kita menolong orang kita tidak akan membedakan agamanya apa, siapapun yang menolong harus kita hargai," ujarnya.
Syafiq mengatakan, Insya Allah para peserta Musyawarah Nasional Tokoh Antaragama akan punya tekad bersama untuk mengimplementasikan kesepakatan-kesepakatan yang dicapai dalam musyawarah. Sehingga bisa terwujud budaya damai yang diharapkan.
Sementara, Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi berpandangan, Musyawarah Nasional Tokoh Antaragama penting diselenggarakan karena hal yang paling utama adalah perjumpaan antaragama. Tokoh-tokoh dari semua agama bisa berjumpa dan berdiskusi dalam musyawarah nasional ini.
"Semula awalnya mungkin sulit berjumpa satu sama lain tapi dengan adanya acara musyawarah nasional tokoh antaragama ini maka bisa berjumpah," kata TGB Zainul kepada Republika.co.id yang sedang menghadiri Musyawarah Nasional Tokoh Antaragama di Hotel Shangri-La, Rabu (11/9) malam.
Menurutnya, kegiatan musyawarah ini sudah tepat dilaksanakan karena banyak sekali isu keumatan yang perlu dipecahkan bersama-sama. TGB mengungkapkan, kalau melihat tajuk musyawarah nasional yakni membangun budaya damai, itu sudah sejalan dengan nilai-nilai Islam. Sebab budaya damai bagian dari nilai-nilai utama dalam Islam.
"Maka kita perlu bicarakan supaya budaya damai menjadi bagian dari keseharian kita sebagai bangsa," ujar Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW).