REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Kabut asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kota Pekanbaru makin pekat pada Kamis pagi (12/9) sehingga membuat jarak pandang sempat turun drastis.
“Jarak pandang menurun drastis dari pagi pukul tujuh 1.500 meter menjadi 700 meter pada pukul sembilan akibat kabut asap,” kata Staf Analisa BMKG Stasiun Pekanbaru, Bibin Sulianto di Pekanbaru, Kamis.
Ia mengatakan kondisi asap di Pekanbaru berasal dari daerah-daerah sekitar Pekanbaru yang banyak terdapat titik api. Angin berhembus dari Tenggara dan Selatan ke Utara dengan kecepatan 10 sampai 20 km/jam. Asap di Pekanbaru banyak berasal dari kebakaran di daerah sekitar di bagian Selatan seperti dari Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu.
Ia mengatakan kondisi tersebut juga diperburuk asap kiriman dari provinsi tetangga seperti Jambi dan Sumatera Selatan.
“Karena pergerakan angin dari tenggara, kemungkinan asap juga terbawa angin dari provinsi tetangga yang ada titik panas,” katanya.
Berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru, satelit Terra dan Aqua pada 06.00 WIB mendeteksi titik panas paling banyak di Provinsi Sumatera Selatan ada 437 titik dan Jambi 420 titik. Sementara itu, di Provinsi Riau terdapat 279 titik panas.
Sejumlah daerah juga terdeteksi ada titik panas seperti Bangka Belitung ada 50 titik, Lampung 77 titik, Sumatra Utara 20 titik, Bengkulu 9 titik, Aceh dan Kepri masing-masing empat titik.
Khusus di Riau, dari 279 titik panas yang terdeteksi satelit, lokasi paling banyak ada di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) dengan 141 titik. Lokasi lainnya yakni Kabupaten Pelalawan dengan 50 titik, Rokan Hilir (Rohil) 31 titik, Kuansing 14 titik, Indragiri Hulu (inhu) 26 titik, Bengkalis 6 titik, dan Siak ada satu titik panas.
Dari jumlah tersebut ada 177 yang dipastikan titik api Karhutla dengan lokasi terbanyak di Inhil ada 99 titik dan Pelalawan 33 titik.