REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi yang mengenalnya, Presiden ke-3 Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie, dikenal sangat identik dengan Jerman. Bahkan, Habibie belajar mengenai demokrasi melalui sosok pemimpin Jerman.
Kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, Habibie belajar selama 10 tahun di RWTH Aachen hingga menyandang gelar doktor di bidang teknik penerbangan. Tidak hanya itu, Habibie juga memiliki hubungan baik dengan tokoh-tokoh besar Jerman. Salah satunya, tokoh besar sosialdemokrat Jerman, Helmut Schmidt.
Dalam ulasan di media pemerintah Jerman, Deutsche Welle, Kamis (12/9) disebutkan kedekatan Habibie dengan tokoh besar tersebut. Bahkan saat Helmut Schmidt meninggal dunia pada 2015, ucapan belasungkawa Habibie banyak dikutip media-media Jerman.
Saat itu, Habibie mengatakan, tanpa persahabatannya dengan tokoh besar Sosialdemokrat Jerman itu, mungkin tidak ada demokrasi model barat di Indonesia, sebuah negara dengan populasi Muslim terbesar dunia. Selain dengan Schmidt, Habibie juga dekat dengan penggantinya, Helmut Kohl.
Habibie mengatakan, Helmut Schmidt adalah negarawan besar yang sering menasihatinya dalam pengembangan demokrasi di Indonesia. Mereka bersahabat sangat baik, bahkan Habibie dapat meminta nasihat Schmidt secara langsung kapan pun juga.
"Helmut Schmidt adalah bapak intelektual saya. Darinya saya belajar, bagaimana menyelesaikan masalah politik dan pada saat yang sama tetap realistis. Setiap saat saya bisa menelpon dia," kata Habibie kepada media Jerman, usai menghadiri upacara penghormatan mantan pemimpin Jerman itu di Hamburg, November 2015.
Wakil Duta Besar Jerman untuk Indonesia Hendrik Barkeling menyampaikan betapa pentingnya figur BJ Habibie bagi hubungan Indonesia dan Jerman. Dia menyampaikan hal itu saat melayat mendiang BJ Habibie di kediamannya di Patra Kuningan, Jakarta, Kamis (12/9).
“Bapak Jusuf Habibie telah berjasa luar biasa bagi Indonesia, maupun bagi persahabatan Indonesia Jerman. Kami mengenang beliau dengan rasa terima kasih yang abadi,” ujar Hendrik.