Kamis 12 Sep 2019 15:39 WIB

BCA Syariah Bidik Pembiayaan Kendaraan dan KPR

Penyaluran pembiayaan BCA Syariah tumbuh 4,3 persen pada kuartal II 2019

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Petugas menghitung uang nasabah di kantor cabang Bank BCA Syariah, Jakarta.
Foto: Republika/prayogi
Petugas menghitung uang nasabah di kantor cabang Bank BCA Syariah, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank BCA Syariah mulai membidik pembiayaan kendaraan bermotor dan Kredit Pemilikan Rakyat (KPR) pada tahun ini. Kedua sektor ini dinilai potensial bagi kebutuhan masyarakat.

Presiden Direktur BCA Syariah John Kosasih mengatakan saat ini rasio pembiayaan terhadap himpunan dana atau finance to deposito ratio (FDR) BCA Syariah masih longgar. Pada posisi Juni 2019, rasio pembiayaan terhadap himpunan dana berada pada level 95-96 persen.

Baca Juga

"Konsumer tiga persen berupa UMKM dan ritel, kita mau mulai pembiayaan motor, KPR juga sekarang banyak kerja sama fintech," ujarnya kepada Republika di Kantor Pusat BCA Syariah, Jakarta, Kamis (12/9).

Tercatat penyaluran pembiayaan BCA Syariah tumbuh 4,3 persen menjadi Rp 4,9 triliun pada kuartal dua 2019. "Hingga akhir tahun kami menargetkan penyaluran kredit dan pembiayaan double digit," ucapnya.

Komposisi pembiayaan terbesar dikontribusi oleh pembiayaan komersial sebesar Rp 3,8 triliun dengan porsi 77,39 persen dari total portofolio pembiayaan. Dilihat dari segmentasi sektor ekonomi, pembiayaan tertinggi disalurkan pada sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 21,5 persen.

"Likuiditas perusahaan sangat likuid melakukan penyaluran pembiayaan jadi berharap misalnya ekonomi bagus maka kita cari nasabah yang berkualitas," ucapnya.

Sementara kualitas Non Perfoming Financing (NPF) terjaga pada level 0,68 persen secara gross dan sebesar 0,62 persen secara nett. "Pada kuartal dua 2019 penurunan NPF karena nasabah yang bisnisnya terkena masalah kebakaran," jelasnya.

Ke depan, perusahaan menyakini kinerja kuartal tiga 2019 tetap terjaga dengan baik di tengah perlambatan penyaluran kredit pada tahun ini. "Diproyeksikan pertumbuhan kredit semakin melambat, karena ditarik dana masuk ke surat berharga negara," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement