REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proyek pesawat R80 menjadi salah satu impian almarhum Presiden Ketiga RI, Bacharuddin Jusuf Habibie (B.J. Habibie) sebelum ia wafat. Pesawat yang merupakan pengembangan dari pesawat N-250 yang juga hasil karya cipta BJ Habibie ini disponsori oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI) dan dikerjakan oleh PT Dirgantara Indonesia.
Rego Aviasi Industri (RAI) adalah perusahaan yang didirikan oleh Habibie dan putra sulungnya, Ilham Akbar Habibie dan bergerak di bidang perancangan, pengembangan, dan manufaktur pesawat terbang. Pesawat R80 diyakini bisa menjadi tandingan pesawat tipe Avions de Trasnport Regional (ATR) yang sudah banyak digunakan banyak maskapai komersial.
Pesawat R80 ini juga memiliki kapasitas angkut 80 sampai 90 penumpang dinilai cocok untuk penerbangan domestik antarpulau di Indonesia karena tidak membutuhkan landasan yang terlalu panjang sehingga bisa mendarat di bandara kecil. Selain itu, R80 juga dapat dirancang untuk misi lain, seperti untuk patroli oleh TNI Angkatan Udara.
Namun, pesawat yang direncanakan uji coba pada 2020 dan diproduksi massal pada 2025 ini, tidak bisa disaksikan oleh BJ Habibie secara langsung. Meski demikian, jasa BJ Habibie sebagai bapak teknologi dan di industri penerbangan Indonesia sangatlah besar.
Hal ini juga yang disampaikan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto yang ditemui saat menghadiri pemakaman BJ Habibie, Kamis (12/9). Menurut Airlangga, impian terbesar BJ Habibie yang selalu disampaikan kepadanya adalah terkait teknologi dan kedirgantaraan.
Airlangga memastikan pemerintah akan mewujudkan impian BJ Habibie melalui proyek pesawat R80 tersebut. "Khusus mengenai dirgantara yang (pesawat) R80 kami sudah usulkan menjadi proyek strategis nasioanal," ujar Airlangga.