Jumat 13 Sep 2019 12:51 WIB

Hutan Perlu Dijaga demi Keseimbangan Ekosistem

Local wisdom diperlukan dalam pengelolaan hutan.

Monyet liar di kawasan hutan di Kalimantan Timur. (ilustrasi)
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Monyet liar di kawasan hutan di Kalimantan Timur. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberadaan hutan perlu dijaga demi menjaga keseimbangna ekosistem. Ketua DPR RI Bambang Soesatyo mengatakan kekayaan sumber daya alam yang terkandung di dalam hutan Indonesia merupakan resources penting dan utama dari siklus kehidupan.

Hal ini dilihat dari perspektif ekologi, ekonomi dan sosial. "Penting bagi kita untuk memastikan keseimbangan dari ketiga fungsi hutan tersebut," ujar dia dalam Diskusi Publik bertema Kelestarian Hutan dan Prospek Ekowisata di Era Revolusi Industri 4.0 yang digelar Dewan Pimpinan Nasional Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (Depinas  SOKSI).  

Bambang mengingatkan mengabaikan fungsi ekologi untuk semata-mata dieskploitasi secara ekonomi, misalnya, akan menganggu dan merusak kelestarian hutan dalam jangka panjang, atau sebaliknya. Pengusaha Hutan dinilainya sudah banyak mengekspoitasi hutan dan menikmati hasil yang besar.

"Saatnya untuk ikut memikirkan secara serius terkait upaya-upaya perlindungan kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan khususnya," ujar kader SOKSI ini. "Kontribusi Pengusaha terhadap kesejahteraan masyarakat, peningkatan devisa dan perlindungan daya dukung lingkungan harus signifikan dengan eksploitasi yang telah dilakukan."

Legislator Partai Golkar Komisi IV dari Dapil Bali AA Bagus Adhi Mahendra Putra menyampaikan pentingnya local wisdom dalam pengelolaan hutan. Bali dan Kemajuan wisatanya adalah satu contoh yang bisa ditiru dan dikembangkan di wilayah lain, khususnya untuk kelola ekowisata.

Prinsip Tri Hita Karana, Menjaga hubungan baik Manusia dengan Tuhan, Manusia dengan Manusia, Manusia dengan Alam dapat diejawantahkan dalam pengelolaan hutan dan lingkungan. "Penggabungan nilai-nilai tradisi dengan kearifan lokal merupakan satu pendekatan yang perlu lebih diutamakan mengingat tingkat keberhasilan yang jauh lebih optimal," katanya.

Ketua Depidar SOKSI Provinsi Bali ini juga mengungkapkan perlunya merubah paradigma kelola hutan yang menganggap hutan dan satwa liar itu perawan yang tak boleh disentuh atau didekati manusia. "Kita harus hentikan cara-cara yang memperkosa alam dan hutan kita," ujarnya.

photo
Diskusi Publik bertema Kelestarian Hutan dan Prospek Ekowisata di Era Revolusi Industri 4.0 yang digelar Dewan Pimpinan Nasional Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (Depinas SOKSI).

Banyak inovasi yang bisa dilakukan, seperti membuat pembelajaran atau atraksi menarik satwa-satwa liar atau langka agar bisa bersahabat dengan manusia. Dengan demikian tercipta lingkungan yang ramah, baik bagi hewan, tumbuhan maupun manusia, juga secara ekonomi mampu mendongkrak potensi ekowisata. "Pemanfaatan teknologi pun perlu dioptimalkan, karena adaptasi Revolusi Industri 4.0 tidak terelakkan di era kekinian," ucap Bagus Adhi.

Menurut Bagus Adhi, Kementerian LHK akan lebih mudah memantau sumber daya hutan juga pemasaran wisata. Jangan sampai kemajuan teknologi, bukan saja tidak termanfaatkan untuk optimalisasi hutan, tapi justru digunakan untuk mendegradasi hutan yang membahayakan generasi penerus.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement