REPUBLIKA.CO.ID, Sudah empat tahun terakhir ini Salijah Djonler menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Al Islah Indramayu. Dengan berbekal semangat yang tinggi untuk menimba ilmu, dia seorang diri meninggalkan kampung halamannya di Merauke, Papua.
Setiap hari, aktivitas Salijah tak jauh dari mempelajari ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. Meski jauh dari keluarga dan kampung halaman, namun gadis yang duduk di bangku kelas XII sekolah menenah atas (SMA) Al Islah itu mengaku betah dan senang tinggal di Indramayu.
Dia merasa aman dan nyaman. Orang-orang di sekitarnya sudah seperti keluarga baginya. ‘’Selama empat tahun terakhir ini, saya belum pernah pulang kampung,’’ kata Salijah, saat ditemui di Indramayu, Kamis (12/9).
Jika nanti telah lulus, Salijah bahkan sudah berencana untuk melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi di Kabupaten Indramayu. Dia ingin mengumpulkan bekal ilmu sebanyak-banyaknya agar kelak bisa membangun daerahnya.
‘’Saya bercita-cita ingin membangun pesantren di Merauke,’’ tegas Salijah, yang kini sudah bisa berbahasa Indramayu.
Tak hanya itu, Salijah juga ingin membahagiakan kedua orang tuanya. Dia berharap, suatu hari nanti bisa memberangkatkan kedua orang tuanya berhaji ke Tanah Suci.
Hal senada diungkapkan seorang mahasiswa asal Papua, Ajimat. Pemuda itu kini sedang menempuh Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di salah satu perguruan tinggi di Kabupaten Indramayu. Sebelum kuliah, dia juga menimba ilmu di Pesantren Al Islah Indramayu.
Ajimat pun mengaku senang dan nyaman selama lima tahun tinggal di Indramayu. Tak ada perlakuan diskriminasi yang diterimanya. Orang-orang di sekelilingnya sudah seperti keluarga. Dia berharap, persaudaraan itu tak hanya dirasakannya, namun juga senantiasa tetap terjaga di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). ‘’Kita semua saudara,’’ tukas Ajimat.
Kapolres Indramayu, AKBP M Yoris MY Marzuki, mengungkapkan, pihaknya menjamin penuh keamanan dan kenyamanan para pelajar dan mahasiswa asal Papua yang tengah menempuh pendidikan di Kabupaten Indramayu.
‘’Ada sembilan pelajar dan mahasiswa asal Papua yang kini tinggal di Indramayu,’’ terang Yoris.
Polres Indramayu bahkan telah membuat sistem ‘anak asuh’ bagi para pelajar dan mahasiswa asal Papua itu. Setiap satu orang pelajar/mahasiswa Papua, akan didampingi oleh satu orang polisi sebagai ‘orang tua asuh’. Tujuannya, agar apabila mereka merasa ada sesuatu yang membuat tidak nyaman, maka bisa langsung diinformasikan kepada pendampingnya.
Selain Polres Indramayu, jajaran Polres Majalengka juga menyatakan siap menjamin kenyamanan warga Papua yang tinggal atau tengah berada di Kabupaten Majalengka.
"Kami siap menjaga kenyamanan dan keamanan warga Papua, khususnya yang tengah berada di Majalengka,’’ ujar Kapolres Majalengka, AKBP Mariyono.
Mariyono menjelaskan, jauh sebelum aksi demo di Papua pecah, warga Papua sudah sangat diterima di tengah-tengah masyarakat di Kabupaten Majalengka. Menurutnya, aksi yang terjadi di Papua maupun di berbagai wilayah di Indonesia beberapa waktu yang lalu, tak berimbas di Majalengka.
‘’Jajaran Polres Majalengka berkomitmen dan memastikan akan melindungi semua warga, karena kita semua bersaudara. Kami juga meminta kepada semua pihak untuk saling mengutamakan toleransi satu sama lain dan menjauhi diskriminasi,’’ tukas Mariyono.
Di Kabupaten Majalengka, saat ini hanya ada tiga orang warga asal Papua. Saat ini mereka tinggal di Kecamatan Jatiwangi.