REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Demi membantu para mualaf mempelajari Islam lebih dalam, Pesantren Muallaf Annaba Center Indonesia didirikan. "Ini terkait pengalaman pribadi dulu saya mualaf, setelah menjadi ustaz, di Jakarta saya banyak berjumpa dengan mualaf. Setelah masuk Islam, mereka hanya mendapat sertifikat, tapi tidak mendapat pembinaan," ujar pendiri sekaligus Pengasuh Pesantren Muallaf Annaba Center Indonesia Ustaz Syamsul Arifin Nababan kepada Republika.
Melihat banyak mualaf yang tidak dibina, akhirnya sejak 1998, pria yang akrab disapa Ustaz Nababan tersebut mulai membina mualaf secara berpindah-pindah. Dari satu masjid ke masjid lain nya. Pada 2007 ia resmi mendiri kan pesantren khusus mualaf. Ber lokasi di Bintaro, Tangerang Selatan, awalnya pesantren ha nya ditujukan bagi laki-laki. Tu juh tahun kemudian, barulah pe santren putri didirikan di kawa san serupa.
"Program di pesantren mengkhususkan pembinaan bagi para mualaf dan dakwah ke non-Mus lim. Jadi, misi kita juga mencari calon mualaf baru. Sekarang sudah ratusan yang kita Islamkan," ujar Ustaz Nababan.
Pesantren ini memiliki visi membentuk para mualaf menjadi Muslim kafah. Dia melanjutkan, para santri mualaf ditampung secara gratis di pesantren. Di sana, mereka diajarkan membaca Alquran, hadis Nabi, hukumhukum Islam, fikih, sejarah, ah lak, serta bahasa Arab.
"Belum banyak pelajaran agama yang kita bebankan, sebab khawatir terlalu memberatkan mental. Hal terpenting, bisa membaca Alquran. Rata-rata, dalam satu bulan sudah bisa membacanya. Itu targetnya, sehingga tidak ada santri Annaba yang tidak bisa membaca Alquran," tegas dia.
Dia mengungkapkan, masih banyak orang yang sudah mualaf puluhan tahun, tapi tidak bisa mem baca Alquran dan tidak hafal doa-doa shalat. Demi menghindari itu, pesantren Annaba fokus mendidik para mualaf supaya kelak menjadi dai. Tidak hanya mendapat pendidikan agama di pesantren, para santri Annaba juga disekolahkan sesuai jenjang pendidikan ma sing-masing tanpa dipungut bia ya sepeser pun.
"Di pesantren, kita tidak selenggarakan pendidikan formal, tapi kita sekolahkan mereka dari SMP, SMA, sampai S-1, semua harus berpendidikan. Perjanjian kita, setelah mereka tamat S-1, mereka wajib pulang ke kampung ma sing-masing un tuk dakwah kan Islam," jelas dia.
Bagi Ustaz Nababan, menjalani pendidikan hingga S-1 merupakan keharusan agar wawasan mereka makin luas. Dia berharap, mereka bisa berdakwah dengan baik, elegan, toleran, dan menggunakan metode tepat. Saat ini, kata dia, ada sekitar 70 santri yang terdiri atas putra maupun putri. Mualaf termuda di pesan trennya berusia 12 tahun, sementara yang tertua berusia 30 tahun.
Ustaz Nababan mengungkapkan, banyak mualaf yang ingin masuk ke pesantrennya, tapi karena keterbatasan dana dan fasilitas, Annaba Center Indonesia tidak bisa menerima semuanya. "Kalau semuanya bisa sampai ribuan santri, sehingga diseleksi," ujar dia.
Ia menyebutkan, ada beberapa syarat utama untuk menjadi santri di pesantrennya, di antara nya, memiliki sertifikat masuk Islam, bila masuk Islam lewat An naba Center Indonesia, cukup menunjukkan kartu tanda penduduk (KTP) saja. Syarat berikutnya, yaitu belum menikah. Selain di Bintaro, dua cabang pesantren sudah didirikan pula di Nusa Tenggara Timur. Dalam waktu dekat, pesantren akan turut di bangun di Gadog, Jawa Barat.
"Selama ini, kami terkendala masalah keuangan, namun kami sudah berkomitmen. Saya ber ha rap, ke depannya, banyak lembaga zakat serta umat yang mau bergandengan tangan dan membantu kegiatan kita supaya pembangunan sekaligus pendidikan berjalan lancar," tutur dia.