Sabtu 14 Sep 2019 06:16 WIB

Permukaan Es Kutub Utara Menyusut 1,5 Mil Sejak 1979

Pencairan es yang cepat di musim semi menandai temperatur tahun ini yang terendah.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Andi Nur Aminah
Gunung es di Kutub Utara kerap mencair
Gunung es di Kutub Utara kerap mencair

REPUBLIKA.CO.ID, ARKTIK -- Para ilmuwan melaporkan berkurangnya permukaan es di Arktik, Kutub Utara, yang semakin signifikan sejak 1979. Luas permukaan es telah menyusut 1,5 juta mil persegi atau 2,4 juta kilometer persegi.

Setiap musim gugur, lapisan es laut Kutub Utara mencapai batas minimum dan kembali meluas saat suhu naik. Meskipun periode untuk batas minimum masih beberapa hari lagi, cakupan es sudah mendekati rekor terendah.

Baca Juga

"Data satelit kami menunjukkan bahwa antara Maret dan April 2019, ada penurunan tingkat es dalam jumlah luar biasa  dari mana es laut Kutub Utara tidak dapat pulih," kata ahli geofisika di Institut Alfred Wegener, Christian Haas.

Pencairan es yang cepat di musim semi menandai temperatur tahun ini adalah yang terendah sepanjang masa. Meskipun saat ini suhu telah turun di bawah titik beku, es diperkirakan terus mencair hingga akhir September 2019.

Para ilmuwan di Institut Alfred Wegener dan Institut Fisika Lingkungan Universitas Bremen bekerja sama dalam penghitungan itu. Mereka menggunakan data satelit untuk menghitung cakupan serta ketebalan es di kawasan laut Kutub Utara.

Tim juga melacak kondisi atmosfer, suhu udara, dan permukaan laut untuk lebih memahami faktor-faktor lain yang berpengaruh. Ada studi spesifik lain yang dipersiapkan untuk mengetahui dinamika iklim di Kutub Utara.

Akhir bulan ini, kapal penelitian Polarstern akan berlayar di Laut Laptev untuk ekspedisi bertajuk MOSAiC. Setelah menemukan sebungkus besar es yang mengalir untuk berlabuh, kapal dan tim peneliti akan melintasi Kutub Utara selama 12 bulan.

"Temuan kami menegaskan berkurangnya es Arktik dalam jangka panjang sebagai akibat perubahan iklim. Semakin besar kemungkinannya Arktik kehilangan es dalam beberapa dekade mendatang," ujar Haas, dikutip dari laman UPI.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement