REPUBLIKA.CO.ID, DOHA – Kelompok Taliban mengirim delegasi ke Rusia pada Sabtu (14/9). Hal itu dilakukan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menghentikan pembicaraan damai dengan Taliban.
“Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk memberitahu para pemimpin negara-negara ini tentang pembicaraan damai dan keputusan Presiden Trump membatalkan proses perdamaian pada saat kedua belah pihak telah menyelesaikan semua masalah yang belum tuntas dan akan menandatangani perjanjian damai,” kata seorang pejabat Taliban di Qatar.
Pemimpin Taliban yang enggan dipublikasikan identitasnya mengatakan kunjungan delegasi kelompoknya ke Rusia bukan untuk mencoba menghidupkan kembali pembicaraan damai dengan AS. Namun lebih melihat dukungan regional agar AS meninggalkan Afghanistan.
Rusia, yang telah menjadi tuan rumah pembicaraan antara Taliban dan perwakilan politik serta masyarakat sipil Afghanistan, telah mengungkapkan harapannya agar proses pembicaraan damai dengan AS dapat dipulihkan. Moskow mendesak kedua belah pihak melanjutkan perundingan.
“Kami yakin akhir total kehadiran militer asing adalah kondisi perdamaian yang bertahan lama yang tidak dapat dicabut di Afghanistan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pada Kamis (12/9).
Pekan lalu Trump memutuskan membatalkan pertemuan dengan para pemimpin Taliban yang diagendakan digelar di Camp David, Maryland. Keputusan itu diambil setelah Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri di Ibu Kota Afghanistan Kabul.
Sebanyak 12 orang meninggal dunia dalam insiden itu, termasuk satu tentara AS. Setelah membatalkan pembicaraan dengan Taliban, Trump mengungkapkan rencana untuk bertemu Presiden Afghanistan Ashraf Ghani.
Sejak tahun lalu, AS telah menjalin negosiasi dengan Taliban. Permasalahan utama yang mereka bicarakan adalah tentang penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Militer AS diketahui merupakan sekutu utama Pemerintah Afghanistan dalam memerangi Taliban.
Selain melatih para tentara Afghanistan, militer AS kerap melakukan serangan udara ke basis-basis kekuasaan Taliban. Militer AS telah berada di sana selama sekitar 18 tahun.