Ahad 15 Sep 2019 05:12 WIB

Pakistan Kecam Rencana Netanyahu Aneksasi Lembah Yordan

Pakistan menegaskan dukungannya untuk negara Palestina yang mandiri.

Warga Tepi Barat Palestina menaiki tangga untuk menlintasi tembok pemisah yang dipasang Israel untuk shalat jumat di Kompleks Al Aqsa, Jumat (8/6). Mereka dilarang memasuki Yerusalem berdasar batas umur minimal yang boleh memasuki Al Aqsa.
Foto: Alaa Badarneh/EPA EFE
Warga Tepi Barat Palestina menaiki tangga untuk menlintasi tembok pemisah yang dipasang Israel untuk shalat jumat di Kompleks Al Aqsa, Jumat (8/6). Mereka dilarang memasuki Yerusalem berdasar batas umur minimal yang boleh memasuki Al Aqsa.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Pemerintah Pakistan mengecam rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menganeksasi Lembah Yordan di Tepi Barat. Pakistan menegaskan kembali dukungannya terhadap Palestina.

“Kami menolak langkah semacam itu, yang akan ilegal dan sebuah eskalasi berbahaya,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan Mohammad Faisal, dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA, Jumat (13/9).

“Pakistan menegaskan dukungannya untuk negara Palestina yang layak, mandiri, dan berdampingan, berdasarkan parameter yang disepakati secara internasional, pra-1967 berbatasan dengan Al-Quds Al-Sharif sebagai ibu kotanya,” ujar Faisal.

Pada Selasa lalu, Netanyahu mengutarakan niatnya untuk mencaplok Lembah Yordan dan Laut Mati utara. Dia mengatakan akan merealisasikan hal itu bila partainya, Likud Party, memenangkan pemilu Israel pada 17 September mendatang.

"Hari ini saya mengumumkan niat saya, setelah pembentukan pemerintah baru, untuk menerapkan kedaulatan Israel ke Lembah Yordan dan Laut Mati utara," kata Netanyahu.

Dia meminta dukungan kepada segenap warga Israel untuk mewujudkan rencananya. "Segera setelah pemilu, jika saya menerima mandat yang jelas untuk melakukannya dari kalian, warga Israel," ujarnya.

Netanyahu pun menegaskan kembali janjinya untuk mencaplok semua permukiman yang telah dibangun Israel di Tepi Barat yang diduduki. Namun langkah yang lebih luas bisa memakan waktu lebih lama serta membutuhkan koordinasi maksimal dengan Amerika Serikat (AS) selaku sekutu dekat Israel.

"Karena menghormati Presiden (AS Donald) Trump dan sangat percaya pada persahabatan kami, saya akan menunggu penerapan kedaulatan (terhadap permukiman Israel di Tepi Barat) sampai dirilisnya rencana politik presiden," kata Netanyahu merujuk pada rencana perdamaian Israel-Palestina yang digagas Washington. (Kamran Dikarma)

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement