REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- TNI AU menambah armada menjadi dua pesawat jenis Cassa untuk melakukan modifikasi cuaca hujan buatan sebagai upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau. Modifikasi cuaca dilakukan dengan menyemai garam.
“Jadi total di Riau ada dua pesawat cassa. Panglima (TNI) mendukung satu lagi pesawat TNI AU CN A.2901,” kata Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud Roesmin Nurjadin, Letkol Zukri, di Pekanbaru, Sabtu (14/9).
Kedua pesawat tersebut akan ditempatkan di Lanud Roesmin Nurjadi Pekanbaru. Keduanya akan segera mengudara untuk melakukan modifikasi cuaca.
Operasi modifikasi cuaca yang bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah menyemai garam ke awan yang berpotensi hujan. Karena itu, teknologi ini kerap disebut operasi hujan buatan.
Letkol Zukri menjelaskan baru satu Cassa yang dipastikan terbang untuk operasi hujan buatan pada Sabtu ini. Pesawat tersebut adalah Cassa 212 dari Skadron Udara 4 TNI AU dengan area semai di Kabupaten Indragiri Hilir dan Pelalawan. “Bahan semai garam 800 kilogram,” katanya.
Ia menambahkan kini ada persediaan garam untuk bahan semai sebanyak 15 ton di Lanud Roesmin Nurjadin.
Berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru, jarak pandang pada Sabtu pagi mencapai 1,5 kilometer. Daerah lain di Riau juga masih diselimuti asap, seperti di Kabupaten Pelalawan jarak pandang hanya 800 meter, Rengat hanya 300 meter, sedangkan di Kota Dumai relatif membaik karena jarak pandang sampai dua kilometer.
Jumlah titik panas (hotspot) di Riau dari pantauan satelit Terra Aqua pada pukul 06.00 WIB ada sebanyak 71 titik. Jumlah tersebut tidak sebanyak provinsi lainnya seperti Sumatera Selatan yang mencapai 294 titik dan Jambi sebanyak 235 titik. Dengan arah angin yang berhembus dari tenggara dan selatan, Riau masih akan menerima asap kiriman.
Dari 71 titik panas di Riau, lokasi paling banyak di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) ada 39 titik, dan Pelalawan 11 titik. Kemudian di Kabupaten Kampar ada tujuh titik, Bengkalis, Kuansing, dan Indragiri Hulu (Inhu) masing-masing tiga titik, Rokan Hilir (Rohil) dan Kepulauan Meranti masing-masing dua titik, dan Kabupaten Siak ada satu titik.
Dari jumlah tersebut dipastikan ada 42 titik api dan lokasi terbanyak ada di Inhil sebanyak 23 titik dan Pelalawan ada delapan titik. Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Sumatera, badan di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sebelumnya sudah menyatakan kualitas udara di Riau telah tercemar jerebu karhutla dengan kategori berbahaya.