REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kabut asap tebal yang menyelimuti wilayah Riau, telah membuat aktivitas warga sangat terganggu dan dikhawatirkan dapat menimbulkan penyakit pernapasan. Untuk mengantisipasi penyakit tersebut, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) membagikan masker bagi warga di Riau.
Baznas telah mengirimkan Tim Baznas Tanggap Bencana (BTB), dan disebar ke sejumlah titik rawan. “Tim membagikan masker kepada masyarakat untuk mengantisipasi dampak kesehatan Infeksi Saluran Penapasan Akut (ISPA),” ungkap Direktur Utama Baznas, Arifin Purwakananta, dalam keterangan tertulisnya, Ahad (15/9).
Sebagaimana diketahui, berdasarkan data di laman BMKG, sejak Jumat pagi sekitar pukul 06.00 WIB, ada sekitar 1.319 titik panas yang menjadi indikasi awal kebakaran di Pulau Sumatra. Dari data itu, hotspot terbanyak ada di Sumatra Selatan dengan jumlah 37 titik, sedangkan di Riau sendiri saat ini ada sekitar 239 titik.
Kualitas udara di Provinsi Riau sudah dinyatakan berbahaya pada Jumat (13/9) oleh BMKG. Hal tersebut juga diketahui semakin mengganggu aktivitas warga, bahkan tidak sedikit yang mengeluh karena hal tersebut.
Sementara itu, Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Riau sejak Jumat sudah mencapai titik berbahaya. Pada pukul 12.00 WIB di Riau, PM 10 ada di kisaran angka 399,41 μgram/m3. Padahal angka normalnya ada di kisaran 0-50 μgram/m3. Pada Jumat, PM 10 tertinggi tercatat terjadi di Pekanbaru yang mencapai 40,10 μgram/m3.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menjelaskan penyebab parahnya kondisi kabut asap di Provinsi Riau. Salah satu penyebabnya adalah kondisi angin yang bertiup dari selatan provinsi tersebut.
Menurut Dwikorita, kondisi titik panas (hotspot) di Riau setiap harinya fluktuatif. Artinya, ada saat di mana jumlah titik api naik, dan sebaliknya terkadang jumlah titik api mengalami penurunan.
"Angka yang saya sebutkan (titik panas) kan angka akumulatif. Tetapi kalau hariannya itu tidak selalu naik. Kadang-kadang turun, bahkan tren-nya saat ini agak turun. Tetapi kenapa asapnya banyak? Karena juga angin itu di selatan Riau bertiup lebih kencang tapi melambat di zona atas Riau," ujar Dwikorita di Graha BNPB, Jl Pramuka, Jakarta Timur, Sabtu (14/9).
Angin tersebut, lanjut dia, membawa asap dari daerah selatan Riau seperti Jambi dan Riau bagian selatan. Dwikorita menyebut lokasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) lebih banyak terjadi di bagian selatan tersebut.