REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dilaporkan sudah berbicara dengan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tentang kesediaan kerajaan untuk menanggapi serangan terbaru yang diklaim oleh pemberontak Houthi Yaman pada fasilitas minyak Saudi. Hal itu dilaporkan oleh Badan Pers Saudi (SPA), Ahad (15/9).
"Kerajaan bersedia dan mampu menghadapi dan menangani agresi teroris ini," ujar Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) kepada Trump seperti dilansir Aljazirah, Ahad (15/9).
Perbincangan MBS melalui telepon dengan Trump itu merujuk pada serangan pesawat tak berawak atau drone kemarin yang menimpa dua fasilitas minyak milik negara, Aramco. Akibat serangan tersebut, kebakaran besar terjadi hingga menganggu pasokan energi global.
Houthi mengklaim serangan tersebut yang melibatkan 10 drone yang menyebabkan kebakaran di fasilitas di Abqaiq, pemrosesan minyak terbesar di dunia. Serangan itu juga merusak kompleks Khurais, ladang minyak utama. Serangan terhadap dua fasilitas tersebut pun memotong pasokan minyak mentah Arab Saudi sekitar 5,7 juta barel per hari atau sekitar 50 persen dari output-nya.
Serangan terjadi ketika Arab Saudi sebagai pengekspor minyak mentah terkemuka di dunia, tengah meningkatkan persiapan untuk penawaran umum perdana Aramco ke publik. Meski demikian, Riyadh mengatakan kebakaran itu terkendali.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuduh Iran menyerang fasilitas minyak Saudi. Dia mengesampingkan keterlibatan Yaman, dan malah menuduh Teheran terlibat dalam diplomasi palsu.
"Teheran berada di balik hampir 100 serangan terhadap Arab SAudi sementara Rouhani dan Zarif berpura-pura terlibat dalam diplomasi," cicit Pompeo melalui Twitter tervirifikasinya merujuk pada Presiden Iran dan Menteri Luar negerinya.
Riyadh menuduh Teheran memasok rudal dan drone Houthi yang digunakan dalam serangan di kota-kota Saudi. Meski dengan keras tuduhan itu ditampik Iran dan Houthi.
AS dan kekuatan Barat lainnya telah menawarkan dukungan kontroversial kepada koalisi yang dipimpin Saudi untuk memerangi Houthi. Pada bulan April, Trump memveto resolusi bipartisan yang akan memaksa militer AS untuk mengakhiri dukungannya kepada pasukan koalisi.