Senin 16 Sep 2019 15:31 WIB

Iran Tolak Dituding Serang Kilang Minyak Arab Saudi

AS menuding Iran berada di balik serangan kilang minyak Arab Saudi.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nur Aini
Serangan drone Houthi ke fasilitas pengolah minyak Arab Saudi, Abqaiq, menyebabkan kebakaran dan menghentikan setengah pasokan minyak di Buqyaq, Arab Saudi, Sabtu (14/9). Terlihat asap kebakaran membumbung.
Foto: Al-Arabiya via AP
Serangan drone Houthi ke fasilitas pengolah minyak Arab Saudi, Abqaiq, menyebabkan kebakaran dan menghentikan setengah pasokan minyak di Buqyaq, Arab Saudi, Sabtu (14/9). Terlihat asap kebakaran membumbung.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran menyatakan, tuduhan yang menyebut mereka berperan dalam serangan terhadap instalasi minyak Arab Saudi merupakan sesuatu hal yang tidak dapat diterima dan tidak berdasar. Hal itu disampaikan melalui televisi pemerintah oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi pada Senin (16/9).

"Tuduhan-tuduhan ini dikutuk sebagai hal yang tidak dapat diterima dan sepenuhnya tidak berdasar," kata Mousavi dalam sambutan yang disiarkan oleh TV pemerintah.

Baca Juga

Pada Ahad (15/9), seorang pejabat senior Amerika Serikat (AS) mengatakan, kepada wartawan bahwa bukti dari serangan itu, mengindikasikan Iran ada di belakangnya, bukan kelompok Houthi Yaman yang mengaku bertanggung jawab. Serangan tersebut menghantam fasilitas pemrosesan minyak terbesar dunia pada Sabtu (14/9).

AS juga telah mengeluarkan citra satelit dan mengutip sumber intelijen untuk mendukung klaimnya bahwa Iran berada di belakang serangan terhadap fasilitas minyak di Arab Saudi. Pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan, arah dan tingkat serangan meragukan keterlibatan Houthi.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyalahkan Iran pada akhir pekan, yang kemudian mendorong Teheran untuk menuduh AS melakukan penipuan. Pada Ahad (15/9), melalui Twitter, Presiden AS Donald Trump secara langsung menuduh Iran. Kemudian menyarankan kemungkinan tindakan militer setelah pelaku diketahui.

Setelah serangan ke fasilitas minyak Saudi, harga minyak dunia melonjak. Minyak mentah Brent naik 10 persen menjadi 66,28 dolar AS per barel. Angka tersebut digambarkan Bloomberg sebagai lonjakan intraday terbesar sejak 1988.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement