REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Setidaknya terdapat tiga ruang kelas SDN 09 Jatimulya yang belum memiliki meja dan kursi. Padahal SD tersebut menjalankan kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan sistem bergantian (shift), pagi dan sore. Dengan demikian, totalnya terdapat lima rombongan belajar (rombel) yang harus melakukan KBM secara lesehan.
Wali Kelas IV A SDN 09 Jatimulya, Supono menjelaskan, ketiadaan meja kursi tersebut terjadi sejak Desember 2017, tepatnya sejak gedung baru selesai dibangun. Meski telah selesai dibangun pada 2017, namun, pihak sekolah baru menggunakan gedung tersebut pada tahun ajaran 2018/2019.
"Jadi kalau lesehannya sudah satu tahun ajaran ini sampai sekarang belum ada," kata Supono saat ditemui Republika.co.id di sekolah.
Sebenarnya, pihak sekolah baru saja mendapatkan meja belajar dari Pemerintah Kabupaten Bekasi. Namun meja tersebut belum dapat digunakan karena tidak ada kursi. "Jumlahnya 120 meja baru saja dikirimkan setelah sekian lama," kata dia, Senin (16/9).
Ia kemudian merinci, fasilitas meubelair yang sudah diberikan oleh Pemkab Bekasi adalah meja dan kursi guru sebanyak tiga buah. "Kalau meja siswa turun Selasa (10/9). Kalau meja dan kursi guru turun Sabtu (14/9)," kata pria yang sudah mengajar sejak tahun 2002 tersebut.
Ia menerangkan, SDN 09 Jatimulya, Jatimulya, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi memiliki 19 rombel, semuanya terdiri dari kelas I dan II yang merupakan empat kelas paralel; kelas III dan IV, tiga kelas paralel; dan kelas V dan VI masing-masing dua kelas paralel.
Ia menambahkan, sebelum dibangun gedung sekolah baru, SDN 09 Jatimulya tidak memiliki ruang untuk kantor guru. Tapi setelah ada gedung sekolah baru, pihak sekolah menggunakan satu ruang gedung sekolah lama untuk kantor guru. "Kalau meubelairnya diambilkan dari sisa yang lama," ujarnya.
Para guru berharap, jika kursi datang nantinya, meubelair tersebut bisa langsung dipakai. Menurut Supono, selama ini, bantuan meubelair tersebut meskipun telah dikirimkan, tidak serta merta langsung bisa dipakai. "Jadi meskipun sudah dikirimkan kalau belum ada berita acara serah terima belum bisa dipakai," ucapnya.
Ia menceritakan, ketiadaan meubelair itu membuat orang tua siswa menyumbang ke pihak sekolah dalam bentuk tikar. Selain itu, Guru kelas IV A itu juga menuturkan, sebagian siswa juga membawa meja lipat sendiri-sendiri.
"Alhamdulillah kalau orang tua siswa bisa mengerti keterbatasan kami, memang adanya seperti ini. Bahkan beberapa malah nyumbang tikar, kan takut kedinginan kalau di lantai. Dengan keterbatasan seperti ini, saat tahun ajaran baru kemarin, kami dapat 90 siswa baru," ujar dia.
Ia menegaskan, para siswa membawa meja lipat secara sukarela. "Jadi jangan dianggapnya nanti kita mewajibkan," ujar dia.