Selasa 17 Sep 2019 06:47 WIB

Investigasi Saudi: Serangan Kilang Aramco Pakai Senjata Iran

Saudi masih menelusuri asal lokasi peluncuran drone.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Nashih Nashrullah
Foto satelit pada Sabtu (14/9) menunjukkan asap hitam membubung berasal dari kebakaran di fasilitas pemrosesan minyak milik perusahaan Saudi Aramco di Buqyaq, Arab Saudi.
Foto: Planet Labs Inc via AP
Foto satelit pada Sabtu (14/9) menunjukkan asap hitam membubung berasal dari kebakaran di fasilitas pemrosesan minyak milik perusahaan Saudi Aramco di Buqyaq, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Aliansi militer yang dipimpin Arab Saudi mengatakan serangan ke kilang minyak di Arab Saudi dilakukan menggunakan senjata Iran. 

Aliansi tersebut menyatakan, berdasarkan temuan awal, serangan tersebut tidak diluncurkan dari Yaman.

Baca Juga

Juru bicara koalisi, Kolonel Turki Almalki, mengatakan penyelidikan pada serangan tersebut menutup 5 persen dari produksi minyak mentah dunia. Saat ini, pihaknya melakukan investigasi untuk menentukan lokasi peluncuran.

"Hasil awal menunjukkan bahwa senjata tersebut adalah milik Iran dan kami saat ini sedang bekerja untuk menentukan lokasi. Serangan teroris ini tidak berasal dari Yaman seperti yang dikatakan milisi Houthi," kata Malki dalam sebuah konferensi pers di Riyadh.

Sementara itu, utusan Yaman Martin Griffiths mengatakan pada Dewan Keamanan tidak sepenuhnya jelas siapa yang berada di balik pemogokan itu. Namun, dia mengatakan mungkin telah terjadi konflik regional.

Sebelumnya,  Iran menyatakan, tuduhan yang menyebut mereka berperan dalam serangan terhadap instalasi minyak Arab Saudi adalah hal yang tidak dapat diterima dan tidak berdasar. 

"Tuduhan-tuduhan ini dikutuk sebagai hal yang tidak dapat diterima dan sepenuhnya tidak berdasar," kata  Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi.  

Setelah serangan ke fasilitas minyak Saudi, harga minyak dunia melonjak. Minyak mentah Brent naik 10 persen menjadi 66,28 dolar AS per barel. Angka tersebut digambarkan Bloomberg sebagai lonjakan intraday terbesar sejak 1988.  

  

 

 

 

 

RIYADH – Aliansi militer yang dipimpin Arab Saudi mengatakan serangan ke kilang minyak di Arab Saudi dilakukan menggunakan senjata Iran.

 

Aliansi tersebut menyatakan, berdasarkan temuan awal, serangan tersebut tidak diluncurkan dari Yaman.

Juru bicara koalisi, Kolonel Turki Almalki, mengatakan penyelidikan pada serangan tersebut menutup 5 persen dari produksi minyak mentah dunia. Saat ini, pihaknya melakukan investigasi untuk menentukan lokasi peluncuran.

"Hasil awal menunjukkan bahwa senjata tersebut adalah milik Iran dan kami saat ini sedang bekerja untuk menentukan lokasi. Serangan teroris ini tidak berasal dari Yaman seperti yang dikatakan milisi Houthi," kata Malki dalam sebuah konferensi pers di Riyadh.

Sementara itu, utusan Yaman Martin Griffiths mengatakan pada Dewan Keamanan tidak sepenuhnya jelas siapa yang berada di balik pemogokan itu. Namun, dia mengatakan mungkin telah terjadi konflik regional.

Sebelumnya,  Iran menyatakan, tuduhan yang menyebut mereka berperan dalam serangan terhadap instalasi minyak Arab Saudi adalah hal yang tidak dapat diterima dan tidak berdasar.

 

"Tuduhan-tuduhan ini dikutuk sebagai hal yang tidak dapat diterima dan sepenuhnya tidak berdasar," kata  Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi.  

 

Setelah serangan ke fasilitas minyak Saudi, harga minyak dunia melonjak. Minyak mentah Brent naik 10 persen menjadi 66,28 dolar AS per barel. Angka tersebut digambarkan Bloomberg sebagai lonjakan intraday terbesar sejak 1988.  

 

reuters/Inas Widyanuratikah

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement