Selasa 17 Sep 2019 07:17 WIB

Gapmmi Dorong Masyarakat Konsumsi Obat dan Makanan Sehat

Konsumsi obat secara benar berdampak pada minimnya peredaran barang ilegal.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Petugas Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Padang, memasukkan barang bukti temuan produk obat psikotropika dan obat keras yang diduga ilegal saat jumpa pers di Padang, Sumatera Barat, Jumat (28/6/2019).
Foto: Antara/Muhammad Arif Pribadi
Petugas Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Padang, memasukkan barang bukti temuan produk obat psikotropika dan obat keras yang diduga ilegal saat jumpa pers di Padang, Sumatera Barat, Jumat (28/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) menyerukan masyarakat mengkonsumsi obat dan makanan secara benar. Sebab, selama ini penyakit-penyakit yang timbul masyarakat menguras anggaran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) akibat konsumsi obat dan makanan yang tidak benar.  

Ketua Umum GAPMMI Adhi S Lukman mengatakan jika masyarakat dapat mengonsumsi obat dan makanan secara benar maka juga berdampak minimnya peredaran barang ilegal. Setidaknya dibutuhkan kesadaran dari masyarakat juga terkait mengonsumsi obat dan makanan secara benar.

“Pada akhirnya penyakit-penyakit yang timbul masyarakat menguras anggaran BPJS akibat konsumsi obat dan makanan yang tidak benar. ini menjadi perhatian bersama upaya kolaborasi pemerintah, akamedisi dan masyarakat karena masalahnya sangat penting sekali,” ujarnya saat acara Forum Merdeka Barat 9 di Kominfo, Jakarta, Senin (16/9).

Menurutnya seruan ini juga berlaku bagi para pelaku industri dengan memenuhi regulasi dari pemerintah. Langkah ini merupakan salah satu peranan untuk mengurangi beredarnya produk ilegal obat dan makanan. 

"Ada gerakan bersama semua pemangku kepentingan untuk mengawasi konsumsi obat dan makanan secara benar. Kami berharap pengawasan ini periu diperkuat karena peranan pengawasan ini sangat penting sekali untuk produk yang baik, aman dan berkualitas," ucapnya.

Selanjutnya, dia meminta Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dapat memiliki infrastruktur, anggaran dan SDM yang memadai. Sehingga Badan POM ini mampu menjangkau kewenagannya hingga ke pulau-pulau terpencil. 

“Badan POM perlu diperkuat. Meski Badan POM telah membuka cabangnya di daerah-daerah, tapi kecepatan industri obat dan makanan tumbuh belum diimbangi dengan kecepatan berkembangnya Badan POM," ucapnya.

Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf mengatakan salah satu penyebab penyakit adalah karena gaya hidup terkait makanan dan minuman. Bahkan, menurut laporan yang diterima dari Kementerian Perdagangan, pertumbuhan makanan dan minuman lebih tingi dari pertumbuhan perekonomian. 

“Data ini yang harusnya menjadi landasan awal kita harus bergerak. Kalau kita bandingkan, ada mie instan, di Eropa rasanya tidak seenak yang di sini karena di sana MSG-nya tidak boleh tingi. Itu artinya, kalau di Indonesia masih tinggi. Begitupun dengan minuman, di luar negeri ada minuman teh yang populer di Indonesia tapi tidak semanis yang ada di Indonesia,” ungkapnya.

Di samping itu, menurutnya, saat ini obat yang beredar yang dengan mudah bisa dibeli khususnya secara online. Bahkan, ada klasisifikasinya mulai kategori KW super hingga KW ori. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement