Selasa 17 Sep 2019 11:41 WIB

Pesantren Teknologi Amparan Djati Gratiskan Biaya Mondok

Pesantren Teknologi Amparan Djati berdiri sejak 2007.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Agung Sasongko
Santri
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Santri

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Mencetak santri yang ahli Agama dan ahli di bidang Teknologi khususnya di dunia otomotifi inilahmisi besar dari Pondok Pesantren Teknologi Amparan Djati. Pesantren ini berada di Desa Cisaat, Kecamatan Dukupuntang, Cirebon. 

Pesantren Teknologi Amparan Djati berdiri sejak 2007. Pesantren ini dinaungi oleh Keraton Kasepuhan Cirebon. Pendirinya pun yakni H. Raden Tosin yang merupakan keluarga dari Keraton Kasepuhan Cirebon. 

Baca Juga

Mulanya area Pesantren Teknologi Ampat Djati merupakan persawahan. Sebagian warga mewakafkan tanahnya untuk mendirikan pesantren. Hingga pada 2007 dibangunlah pesantren berikut dengan lembaga pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Menariknya, seluruh santri yang mondok di pesantren Teknologi Amparan Djati digratiskan.

“Pesantren ini didirikan di bawah naungan Keraton Kasepuhan Cirebon. Dan anak-anak di sini tidak ada pembiayaan sepeserpun, modalnya jujur dan berkeinginan tinggi insyaallah bisa, mungkin dari orang tua hanya dari segi kebutuhan anak untuk alat mandi dan lainya,” turun Ustaz Misbah salah satu pengurus Ponpes Teknologi Amparan Djati ketika berbincang dengan Republika,co.id pada Senin (16/9). 

Santri Pesantren Teknologi Amparan Djati berasal dari keluarga dhuafa. Sebab itu pesantren tak menarik biaya mondok. Menurut Ustaz Misbah, pesantren bahu membahu bersama para donatur untuk memenuhi kebutuhan santri selama mondok. 

Saat ini terdapat sebanyak 165 santri yang mondok di Pesantren Teknologi Amparan Djati. Sebanyak 11 santri masih berstatus pelajar tingkat Sekolah Menengah Pertama. Sementara 18 santri merupakan santri yang hanya mondok saja. Selebihnya yakni sebanyak 136 santri adalah siswa yang sekolah di SMK di lingkungan pesantren. 

“Harapan kita anak setelah keluar dari sini selain belajar agama, anak itu punya keahlian, skill di bidang mesin. Jadi tak hanya belajar agama saja tapi juga punya keahlian, syukur bisa membuka pekerjaan sendiri,” katanya. 

Ustaz Misbah menjelaskan pendidikan kepesantrenan mulai sejak dini hari hingga pelaksanaan shalat Subuh. Pada hari aktif, santri akan mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah seperti siswa pada umumnya. 

Pada sore hari setelah selesai mengaji santri dapat menyalurkan hobinya sekaligus memperdalam pengetahuan dan pengalaman di bidang otomotif dengan mengikuti kegiatan tambahan seperti bongkar pasang mesin motor, bongkar pasang mesin mobil dan komputer. Terkadang kegiatan tambahan untuk menambah skill santri berlangsung pada malam hari. Pesantren pun dibantu oleh ahli mekanik yang berpengalaman untuk memberikan bimbingan pada santri. 

“Jadi di sekolah ada praktik, di pesantren pun tatkala waktu luang anak praktik silakan. Jadi tak hanya jam sekolah,” katanya. 

Alhasil para lulusan pesantren Teknologi Amparan Djati pun sudah banyak yang berhasil. Selain banyak lulusannya yang melanjutkan ke berbagai perguruan tinggi, banyak pula lulusannya yang mampu berwirausaha dengan skill yang dimiliki.  

Untuk menunjang pendidikan, pesantren Teknologi Amparan Djati juga memiliki gedung Workshop Otomotif sekaligus Balai Latihan Kerja Komunitas Pesantren Amparan Djati. Selain itu pesantren pun menyediakan berbagai alat yang dibutuhkan santri untuk praktik di bidang otomotif. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement