REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rocker Candil pernah memiliki pengalaman menghirup udara yang penuh asap. Menurutnya, hal tersebut sangat tidak nyaman dan membuat dada sakit.
"Ke Riau dulu pernah, tapi waktu itu belum yang kayak bencana yang gede gini. Itu aja gue sudah enggak bisa bernapas dengan nyaman, gimana sekarang," ujar Candil saat ditemui dalam jumpa pers konser "Musik untuk Republik" di Jakarta, Selasa.
turut memberikan komentar seputar masalah kebakaran hutan dan lahan di Sumatra dan Kalimantan. Menurutnya, beban penyelamatan hutan bukan hanya tugas pemerintah, melainkan seluruh masyarakat.
"Ini enggak cuma bisa nyalahin pemerintah aja sih sebenarnya, kita masing-masing juga harus saling jaga. Kampanyenya sekarang yang harus digalakkan adalah dari kepedulian pribadi, karena kita ini kan pasti masih ada egoisnya. Misalnya, melihat ada sampah saja enggak pada peduli," kata rocker yang identik dengan suara melengkingnya itu.
Menurut mantan vokalis band Seurieus ini, kepedulian masyarakat Indonesia terhadap masalah lingkungan masih kurang. Candil mencermati, kebanyakan orang masih hanya mementingkan yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat individual.
"Gue lihat kalau di luar (negara lain), mereka ada kesadaran seperti itu. Misalnya nih, 'Wah kota gue nih kota pariwisata, kalau lingkungannya enggak bersih ya gue juga yang rugi'. Nah itu yang belum dimiliki sama kita-kita. Kita kan mikirnya masih sampah orang lain kenapa harus gue yang buang," jelas Candil.
Candil berpendapat, sebenarnya hal-hal yang simpel seperti itu bisa dikampanyekan bersama. Dengan begitu, kejadian karhutla pun bisa diminimalisir secara bahu-membahu.
"Orang-orang yang sengaja menyebabkan kebakaran juga akan merasa malu. Ya mudah-mudahan kita bisa kayak gitulah," ujarnya.