Rabu 18 Sep 2019 12:25 WIB

Kualitas Udara Palembang Sentuh Kategori Berbahaya

Kualitas udara Palembang dipengaruhi kiriman asap dari daerah lain.

Rep: Antara/ Red: Indira Rezkisari
Pengguna jalan melintasi salah satu ruas jalan di kota Palembang, Sumsel, Senin (16/9/2019).
Foto: Antara/Feny Selly
Pengguna jalan melintasi salah satu ruas jalan di kota Palembang, Sumsel, Senin (16/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendata kualitas udara di Kota Palembang menyentuh kategori berbahaya pada Rabu (18/9). Kulitas bahaya diakibatkan kiriman asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, Bambang Beny Setiaji, Rabu, mengatakan konsentrasi PM 10 pantauan Stasiun Klimatologi Palembang (18/9) rentang pukul 00.00-09.00 WIB, tercatat sempat menyentuh nilai maksimum 301 µgram/m3.

Baca Juga

"Nilai ambang batas Tidak Sehat adalah 150 µgram/m3, kondisi Tidak Sehat hingga Berbahaya umumnya terjadi pada rentang waktu 22.00-08.00 WIB sedangkan kondisi Sehat hingga Sedang umumnya terjadi pada rentang waktu 08.00-22.00 WIB," ujar Beny.

Menurut pantauan, asap yang masuk ke Kota Palembang masih didominasi kiriman dari wilayah SP Padang, Banyu Asin I, Pampangan, Pedamaran, Tulung Selapan, Cengal, Pematang Panggang, Air Sugihan, Pedamaran, dan Mesuji. Masuknya asap didorong angin permukaan yang tercatat berasal dari tenggara dengan kecepatan 9-37 km/jam, asap dibawa dari titik panas wilayah sebelah selatan-tenggara Kota Palembang yang tingkat kepercayaannya di atas 80 persen.

"Intensitas asap umumnya meningkat pada dini hari menjelang pagi hari, akibat labilitas udara yang stabil pada rentang pukul 01.00-07.00 WIB," tambahnya.

Akibat asap Rabu pagi, kata dia, jarak pandang tercatat di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang hanya 700-800 meter. Kelembapannya 95-96 persen pada keadaan cuaca asap, dampaknya dua penerbangan terpaksa delay.

"Selasa malam (17/9) pukul 21.00-22.00 WIB, jarak pandang sempat tujuh kilometer. Namun setelah itu angkanya terus menurun di bawah ambang batas hingga pukul 05.00-06.00 WIB," jelas Beny.

Fenomena asap sendiri diindikasikan dengan kelembapan yang rendah dengan partikel-partikel kering di udara hasil proses pembakaran. Hal tersebut berpotensi diperburuk jika adanya campuran kelembapan yang tinggi sehingga membentuk fenomena kabut asap.

Kondisi langit pada malam harinya terpantau tanpa awan, akibatnya radiasi permukaan bumi lepas keluar atmosfer sehingga suhu di permukaan relatif dingin pada dini hari menjelang pagi. Yakni berkisar antara 22-23 derajat celcius.

Namun pasca matahari terbit, keadaan udara relatif labil sehingga partikel kering (asap) terangkat naik dan jarak pandang menjadi lebih baik.

"Untuk partikel kering (asap) yang pergerakannya dipengaruhi angin horizontal akan tetap ada di permukaan dan menimbulkan kekeruhan udara," tambah Beny.

Kondisi tersebut diprediksi terus berlangsung karena berdasarkan model prakiraan cuaca BMKG tidak ada potensi hujan dalam rentang prakiraan 18-23 September 2019 di wilayah Sumatera Selatan.

"Kami mengimbau masyarakat berhati-hati saat berkendara pada rentang pukul 04.00-07.00 WIB dan pukul 17.00-19.00 WIB seiring potensi menurunnya jarak pandang, senantiasa menggunakan masker untuk menjaga kesehatan serta jangan melakukan pembakaran baik itu sampah rumah tangga maupun dalam pembukaan lahan pertanian," ujar Beny.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement