REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Kementerian Luar Negeri Palestina berharap warga Israel memilih pemimpin yang memiliki komitmen untuk berdamai dengan Palestina. Sebab Palestina siap melakukan segala upaya untuk mencapai perdamaian.
Palestina memahami pemilu Israel merupakan urusan internal negara tersebut. Namun, hasilnya akan berdampak pada peluang penyelesaian konflik Palestina-Israel serta masa depan hubungan kedua negara.
“Apa pun hasil dari pemilu Israel dan bentuk pemerintahan koalisi berikutnya, keputusan pemilih Israel akan menjadi ujian bagi kemampuan masyarakat internasional serta PBB dan lembaga-lembaganya dalam menghormati dan melaksanakan resolusi perdamaian internasional,” kata Kementerian Luar Negeri Palestina dalam sebuah pernyataan pada Selasa (17/9), dikutip laman kantor berta Paletsina, WAFA.
Pada Selasa, Israel menggelar pemilu parlemen (Knesset). Hasil pemilu tersebut akan menentukan siapa tokoh yang akan menjadi perdana menteri Israel selanjutnya. Berdasarkan hasil jajak pendapat yang dirilis salah satu stasiun televisi Israel, dikutip laman Times of Israel, blok sayap kanan, yang terdiri dari partai petahana Benjamin Netanyahu, Likud Party, dan berkoalisi dengan Yamina, Shas, dan United Torah Judaism, diprediksi memperoleh 54 hingga 57 kursi dari total 120 kursi di parlemen.
Perolehan itu, jika sesuai dengan hasil resmi, masih kurang untuk membentuk koalisi pemerintahan yang membutuhkan 61 kursi. Sementara blok tengah-kiri diperkirakan memperoleh 42 hingga 45 kursi. Sedangkan partai-partai Arab diproyeksikan mendapatkan 11 sampai 13 suara.
Sementara jajak pendapat dari Channel 12 menempatkan Blue and White Party (34 kursi), Likud Party (33 kursi), aliasni Joint List yang dihuni partai-partai Arab (11 kursi), Yisrael Beytenu, Shas, United Torah Judaism, dan Yamina masing-masing delapan suara, Labour-Gesher dan Democratic Camp masing-masing lima suara.
Blue and White Party diperkirakan akan memiliki keunggulan tipis dibanding Likud Party. Kendati demikian, peluag pemimpin Blue and White Party Benny Gantz untuk membentuk koalisi tanpa Likud sangat tipis.
Pada masa kampanye lalu, guna melambungkan perolehan suara Likud Party, Netanyahu berjanji menganeksasi Lembah Yordan dan Laut Mati Utara. Dia pun berjanji untuk mencaplok semua permukiman Israel yang telah dibangun di Tepi Barat.
Rencana Netanyahu itu dikecam keras Liga Arab. Sebab jika Netanyahu kembali terpilih sebagai perdana menteri, kemudian mewujudkan rencananya, kemungkinan perdamaian Palestina dengan Israel kian sempit. Karena Netanyahu juga pernah berujar bahwa dia akan memperjuangkan agar Israel tak menerima solusi dua negara berdasarkan 1967, di mana Yerusalem Timur akan menjadi ibu kota Palestina.