REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPBD KS) menyebut, tengah fokus meningkatkan ekspor sawit ke China. Perang dagang AS-Cina yang masih berlangsung memberikan celah bagi sawit Indonesia menggantikan posisi minyak kedelai atau soybean dari AS yang dikonsumsi masyarakat China.
Kepala BPBD KS, Dono Boestomi, mengatakan, komoditas sawit di tengah tekanan dari Uni Eropa masih diandalkan pemerintah sebagai komoditas utama penghasil devisa. Pada tahun lalu, sawit secara total berkontribusi hingga Rp 240 triliun terhadap total ekspor tahun lalu.
"Di China kami kejar target. Konsumsi minyak nabati China 40 persen dipenuhi oleh soybean oil, sawit baru 20 persen. Kami harapkan sawit naik jadi 30 persen menggantikan soybean oil," kata Dono kepada wartawan di The Westin Jakarta, Rabu (18/9).
Ia menjelaskan, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk Indonesia berani memperluas pasar. Lewat forum Trade Expo Indonesia yang bakal digelar Oktober 2019 mendatang, BPDP KS siap melakukan misi dagang demi mempertahankan eksistensi ekspor sawit.
Pihaknya menargetkan ekspor sawit ke China tahun ini bisa tembus 6,6 juta ton agar terus mendekati angka 30 persen. "Kita ketahui, sawit sekarang diserang dimana-mana. Tentu kami juga meminta Kementerian Luar Negeri membantu kita. Ini akan sangat menolong petani yang sedang dilanda (kejatuhan) harga," kata Dono.
Lebih lanjut, Dono menerangkan, ekspor sawit ke negara selain China juga masih memiliki prospek. BPDP KS mengestimasikan ekspor sawit ke India tahun ini tembus 9,7 juta ton.
Sementara itu, ke negara-negara Eropa sekitar 7,7 juta ton, Pakistan 3 juta ton, dan Nigeria 2,5 juta ton. Di satu sisi, ia menerangkan bahwa permintaan dalam negeri harus segera ditingkatkan. Itu bisa dicapai jika pemerintah bersama pelaku usaha mampu menciptakan pasar dalam negeri bagi minyak sawit.
Salah satu yang telah dilakukan yakni kebijakan bauran biodiesel 20 persen dan 30 persen yang bakal diterapkan mulai tahun depan. "Kita juga akan meluncurkan penggunaan minyak goreng sehat. Sebetulnya banyak sekali manfaat sawit. Ini kita dorong terus," katanya.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan, Dody Edward, mengatakan, dari sejumlah pertemuan pimpinan kedua negara, China membuka diri kepada Indonesia untuk memasok berbagai produk ke China. Pihak China, kata dia, secara jelas memberikan sinyal bagi Indonesia untuk bisa menggantikan posisi AS sebagai pemasok produk-produk yang sebelumnya di konsumsi masyarakat China.
Bahkan, Dody menyebut, terdapat beberapa produk yang sangat potensial untuk di ekspor ke China. Di antaranya yakni eskpor tekstil dan produk tekstil (TPT), makanan dan minuman, hingga sarang burung walet, hingga buah-buahan memiliki peluang kuat untuk ditingkatkan ke China.