REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sekitar delapan dari 10 perempuan dan anak perempuan mengalami pelecehan seksual selama perjalanan berbahaya dari Meksiko dan Amerika Selatan ke perbatasan selatan Amerika Serikat (AS). Sebagian besar dari kasus tidak mendapat perhatian yang semestinya.
Penolakan media dan Demokrat untuk mengakui kejahatan ini secara brutal adalah alasan mengapa seorang penulis AS menulis buku baru tentang 50 Things That They Don't Want to Know. Sang penulis menyoroti investigasi yang jarang dilaporkan tentang kekerasan seksual terhadap migran oleh Splinter News, yang dimiliki oleh Univision.
Dilansir Breitbart, laporan tersebut mengungkapkan kebenaran yang mengejutkan bahwa 80 persen wanita dan gadis Amerika Tengah diperkosa selama perjalanan mereka. Pemerkosaan terutama terjadi saat bepergian melalui Meksiko atau ketika mereka melintasi perbatasan AS.
Seorang wanita yang diprofilkan oleh New York Times mengatakan ia diperkosa di rumah-rumah pelacuran Meksiko dan juga di McAllen, Texas. "Mereka baru saja memberi tahu kami. Kalian tidak punya uang, jadi kamu harus membayar dengan tubuhmu," katanya.
Menurut paparan Splinter News, aturan pemerkosaan sangat umum dengan istilah slang 'cuerpomatic' atau 'cuerpomatico' (permainan kata yang jelas tentang Credomatic, sebuah perusahaan pemrosesan kartu kredit Amerika Tengah), yang berarti menggunakan istilah tubuh seseorang atau cuerpo sebagai sumber mata uang.
Penasihat Kebijakan Princeton memperkirakan sebanyak 103 ribu wanita diperkosa saat mencoba mencapai AS dari Amerika Tengah pada 2019. Meskipun angka itu bisa jauh lebih tinggi karena pemerkosaan dan kejahatan lain terhadap migran meroket di Meksiko dan setelah mereka melintasi perbatasan.
Perihnya, akan sangat mungkin pemerkosaan terhadap imigran gelap tidak berhenti begitu mereka memasuki AS. Semakin banyak perempuan yang digerakkan oleh pedagang manusia langsung ke dalam perdagangan seks. National Human Trafficking Hotline melaporkan 3.279 kasus yang dilaporkan pada 2012, yang lebih dari dua kali lipat menjadi 7.572 kasus pada 2016.
Seperti kebanyakan kejahatan kekerasan, anak-anak paling mendapatkan yang terburuk dari kasus ini. Menurutnya, setiap wanita dan gadis yang dihubungi di perbatasan diberikan tes kehamilan karena mereka menghadapi risiko yang sangat nyata yakni, diperkosa selama 1.000 mil perjalanan mereka dari negara-negara Amerika Tengah ke perbatasan AS.
"Seperti yang Anda tahu, sangat disayangkan karena meningkatnya kekerasan, ketika kami memiliki keluarga dengan anak-anak, kami harus memberi setiap gadis tes kehamilan lebih dari 10. Ini bukan perjalanan yang aman," kata Nielsen kepada House Homeland Security.