REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Tidak ada pemenang yang pasti dari pemilihan Israel, yang digelar pada Selasa (17/9) lalu. Hal ini meninggalkan tanda tanya siapa yang akan menjadi perdana menteri Israel.
Dilansir BBC, Kamis (19/9), Sebanyak 63 persen suara telah dihitung, partai dari sayap kanan Benjamin Netanyahu berada tepat di belakang penantang utamanya, Benny Gantz. Hasilnya menunjukkan, keduanya akan berjuang membentuk koalisi mayoritas dengan partai-partai kecil. Netanyahu berharap agar tetap berkuasa untuk rekor masa jabatan kelima.
Mengutip sumber-sumber di Central Election Committee (CEC), media Israel melaporkan aliansi Blue and White Gantz berada di jalur untuk memenangkan 33 dari 120 kursi di Parlemen Knesset. Kemudian diikuti oleh partai Likud Netanyahu dengan 32 kursi.
Adapun blok kiri-tengah yang dipimpin oleh Gantz dan blok partai-partai sayap kanan dan keagamaan yang dipimpin Netanyahu diproyeksikan mengendalikan 56 kursi. Netanyahu telah menjabat selama tiga periode berturut-turut semenjak 2009. Ia berjanji secara sepihak mencaplok permukiman Yahudi dan wilayah lain di Tepi Barat, yang diduduki jika ia kembali berkuasa.
Masyarakat Palestina memperingatkan langkah semacam itu akan membunuh harapan perdamaian. Palestina menginginkan sebuah negara di Tepi Barat dan Gaza, dengan ibukotanya di Yerusalem Timur yang diduduki. Sedangkan Gantz belum menganjurkan bentuk aneksasi apa pun, meskipun posisinya tentang pembentukan negara Palestina masih belum jelas.
Hasil resmi yang dirilis oleh CEC, dengan hanya 63,4 persen suara dihitung hingga 22.16 waktu setempat pada Rabu (18/9). Mereka menempatkan Blue and White sekitar 1,6 poin di depan Likud dalam penghitungan suara. Joint List, aliansi partai-partai Arab, berada di tempat ketiga, partai Shas ultra-Ortodoks keempat, dan Yisrael Beiteinu partai nasionalis kelima.
Berdasarkan proyeksi oleh media Israel, Gantz dan Netanyahu tidak akan dapat membentuk koalisi mayoritas tanpa dukungan dari Yisrael Beiteinu. Pemimpinnya, Avigdor Lieberman, menegaskan ia hanya akan mendukung pemerintah persatuan yang mencakup Likud dan Blue and White.
Namun, Gantz telah mengesampingkan duduk bersama dengan Likud jika dipimpin oleh Netanyahu. Ini karena Netanyahu menghadapi tuduhan suap, penipuan dan pelanggaran kepercayaan sehubungan dengan tiga kasus korupsi. Netanyahu membantah melakukan kesalahan.