REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu balita menjadi korban saat kontak senjata antara pasukan gabungan TNI-Polri dengan kelompok separatis bersenjata (KSB) di Kampung Olenki, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua, Selasa (17/9). Selain balita, dua korban lainnya berusia dewasa dan remaja.
“Ada tiga korban sipil (yang dipastikan meninggal) dan empat lainnya luka-luka,” kata Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) Cenderawasih XVII Letkol CPL Eko Daryanto saat dikonfirmasi Republika.co.id dari Jakarta, Kamis (19/9).
Eko mengatakan ketiga korban sudah diidentifikasi dan dievakuasi. Hasil identifikasi, ia mengatakan, korban, yaitu Rudi Mom yang merupakan balita berusia tiga tahun, dan Tekiman Wonda berusia dewasa, dan Edison Mom berusia remaja.
Sedangkan empat korban luka-luka, kata Eko, teridentifikasi sebagai perempuan dewasa berusia 30-an tahun dan remaja berusia 16 tahun. Mereka, yakni Topina Mom, Tabuni, Hefrina Kinal, dan Yefrina Mom yang berusia 16 tahun.
“Untuk saat ini, semua korban sudah dievakuasi. Yang luka-luka, sempat dilarikan ke Timika untuk menjalani perawatan,” terang Eko.
Meski sudah dievakuasi dan mendapatkan perawatan, Eko mengatakan, otoritas keamanan belum dapat membeberkan penyebab jatuhnya korban. Ketika ditanya apakah korban meninggal dan luka lantaran peluru tajam atau senjata jenis lain, Eko mengaku proses investigasi belum dapat diumumkan.
“Mungkin baru besok akan diketahui apakah itu karena luka peluru, atau apa,” sambung Eko.
Namun, ia menjelaskan, pascainsiden baku tembak, situasi di lokasi kejadian sudah aman. Sejumlah personel gabungan masih terus melakukan pengamanan wilayah dan pengejaran para terduga KSB.
Akan tetapi, dia mengatakan, sampai Kamis (19/9) petang waktu setempat, belum ada satupun terduga loyalis KSB yang berhasil ditangkap terkait insiden tersebut. “Pengejaran masih terus dilakukan,” sambung dia.
Kontak senjata kembali terjadi di Papua pada Selasa (17/9). Persisnya di perkampungan Olenki, Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua.
Eko mengatakan, kontak senjata berawal dari upaya tim gabungan Polri dan TNI, yang hendak melakukan pengamanan di daerah tersebut. Namun, kata dia, saat tiba di perkampungan, personel gabungan mendapatkan serangan dengan menggunakan senjata api.
Eko mengatakan, mendapat serangan itu, tim gabungan Polti-TNI sempat meminta agar pelaku penyerangan tak melakukan perlawanan dan menyerah. Akan tetapi, imbauan itu digubris dengan serangan susulan.
Pasukan gabungan bereaksi dengan membalas serangan dan melokalisir lokasi kontak senjata untuk melakukan penangkapan. Namun, para pelaku penyerangan melarikan diri.