Kamis 19 Sep 2019 18:39 WIB

Drone AS Bunuh 30 Warga Sipil Afghanistan

Drone AS menyasar persembunyian ISIS tapi justru menewaskan pekerja ladang.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Serangan mematikan di Afghanistan
Foto: Republika
Serangan mematikan di Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID, JALALABAD -- Serangan udara drone Amerika Serikat (AS) yang berniat untuk menghantam persembunyian ISIS justru menewaskan 30 orang warga sipil. Mereka pekerja ladang kacang pinus yang sedang beristirahat.

Serangan yang terjadi pada Rabu (18/9) malam juga melukai 40 orang lainnya. Tiga orang pejabat Afghanistan mengatakan drone itu tidak sengaja menyerang petani dan pekerja yang baru saja selesai mengumpulkan kacang pinus di Wazir Tangi, timur Provinsi Nangarhar.

Baca Juga

"Para pekerja menyalakan api dan duduk bersama ketika drone menembak mereka," kata pemimpin suku Malik Rahat Gul melalui sambungan telepon dari Wazir Tangi, Kamis (19/9).

Kementerian Pertahanan Afghanistan dan pejabat senior AS di Kabul mengofirmasi serangan drone tersebut. Tapi mereka tidak memberitahu tentang jumlah korban yang meninggal dunia.

"Pasukan AS menggelar serangan drone terhadap teroris Da'esh (ISIS) di Nangarhar, kami memahami tuduhan kematian non-kombatan dan kami bekerja dengan pemerintah loka untuk mendapatkan faktanya," kata juru bicara pasukan AS di Afghanistan Kolonel Sonny Legget.

Sekitar 14 ribu pasukan AS berada di Afghanistan. Mereka melatih dan memberi saran kepadan pasukan keamanan Afghanistan. Pasukan AS juga menggelar operasi kontra-pemberontakan melawan ISIS dan gerakan Taliban.

Juru bicara kantor gubernur Nangarhar Attaullah Khogyani mengatakan setidaknya sudah ada sembilan jenazah yang dikumpulkan dari lokasi kejadian. Pemilik ladang Haidar Khan mengatakan ada sekitar 150 pekerja yang sedang memanen. Beberapa di antaranya masih hilang dan sudah ada yang dinyatakan tewas serta terluka.

ISIS muncul di Afghanistan pada 2014 dan sejak saat itu mulai masuk ke arah timur dan utara negara itu. Mereka berperang melawan pemerintah, pasukan AS, dan Taliban.

Jumlah pasukan ISIS di Afghanistan masih sulit dipastikan karena mereka sering berganti persekutuan. Tapi militer AS memprediksi ada sekitar 2.000 orang. Sampai kini belum ada komentar dari ISIS tentang peristiwa ini.

Ketika Afghanistan bersiap menggelar pemilihan presiden bulan ini tidak ada serangan langsung dari Taliban dan ISIS. Dalam insiden yang terpisah pada hari selasa (17/9) lalu ada 20 orang yang tewas karena bom mobil truk yang meledak di selatan Provinsi Zabul. Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.  

Sejak perundingan AS-Taliban gagal ada ratusan warga sipil yang tewas dalam sejumlah pertempuran di seluruh penjuru Afghanistan. Taliban sudah memperingatkan Presiden AS Donald Trump akan menyesali keputusannya untuk membatalkan perundingan solusi politik untuk mengakhiri perang 18 tahun.

PBB mengatakan paruh pertama tahun ini sudah ada hampir 4.000 rakyat sipil  tewas atau terluka dalam pertempuran. Termasuk korban tewas yang ditimbulkan pemerintah Afghanistan dan pasukan AS.  

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement