REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA -- Upaya pencarian pesawat Twin Otter DHC6-400 PK-CDC milik PT Carpediem Air yang hilang kontak di Papua pada Jumat (20/9) akan melibatkan empat armada pesawat. Keempatnya adalah pesawat Susi Air, dua pesawat Twin Otter milik PT Carpediem ditambah pesawat CN 235 TNI AU.
Komandan Pangkalan TNI AU Yohanes Kapiyau Timika Letkol Penerbang Sugeng Sugiharto di Timika, Kamis (19/9) mengatakan pencarian pesawat nahas tersebut pada hari ketiga, Jumat (20/9) akan dimulai pukul 05.30 WIT. Dengan menerbangkan pesawat Susi Air ke lokasi yang diduga kuat menjadi lokasi insiden kecelakaan pesawat Twin Otter DHC6-400 PK-CDC dari Bandara Timika.
Selanjutnya berturut-turut akan diterbangkan ke lokasi yang sama pesawat Twin Otter DHC6-400 PK CDJ milik PT Carpediem Air pada pukul 05.45 WIT, pesawat CN 235 TNI AU pada pukul 06.30 WIT dan terakhir pesawat Twin Otter DHC6-400 PK CDW milik PT Carpediem Air pada pukul 07.15 WIT.
"Teknisnya yaitu pesawat akan berangkat dari Timika dengan waktu tempuh penerbangan menuju area selama 15 menit. Sesampai di area melakukan searching selama 30 menit lalu kembali ke Timika. Selanjutnya pesawat berikutnya akan menyusul berangkat ke area. Dengan demikian secara kontinuitas diharapkan waktunya lebih efektif mengingat kondisi cuaca di area pencarian sangat cepat berubah, apalagi pertumbuhan awan di sekitar pegunungan lebih cepat sehingga kegiatan pencarian harus dioptimalkan," jelas Letkol Sugeng.
Danlanud Timika mengharapkan proses pencarian pesawat hilang kontak yang diawaki Kapten Pilot Dasep Ishak dengan Copilot Yudra Tetuko dan mekanik Ujang Suhendar itu bisa membuahkan hasil. Hingga kini pihak SAR gabungan Timika belum bisa memastikan dimana lokasi kecelakaan pesawat Twin Otter DHC6-400 PK-CDC itu berada.
Sasaran pencarian pada Jumat (20/9), katanya, dipusatkan pada koordinat 04 derajat 10.65 menit lintang selatan dan 137 derajat 24.48 menit bujur timur. Lokasi itu tepatnya pada jarak 37,5 notical mile pada arah 56 derajat dari Timika.
Titik ini terbaca pada spider track yang ada di pabrik pesawat (pesawat Twin Otter DHC6-400 PK-CDC buatan Kanada) maupun yang ada di maskapai. "Dari titik ini diperkirakan jarak 5 mil lintasan pesawat ke depan. Di situlah terjadinya kecelakaan atau hilang kontaknya pesawat Twin Otter DHC6-400 PK-CDC, apakah pesawat tersebut mendarat darurat atau mengalami crash, itu belum bisa kami pastikan. Yang jelas di lokasi itu ada pegunungan tinggi sekitar 14.200 kaki," jelas Letkol Sugeng.
Letkol Sugeng masih berharap para kru pesawat Twin Otter DHC6-400 PK-CDC bersama seorang penumpang atas nama Bharada Hadi Utomo yang merupakan anggota Brimob bisa ditemukan dalam kondisi selamat. "Apabila pesawat ini mengalami crash maka peralatan ELT (Emergency Locator Transmitter) tentunya memancarkan signal. Namun sampai sekarang peralatan ELT di pesawat tidak memancarkan signal sehingga perkiraan pesawat ini mendarat darurat masih memungkinkan. Kita masih punya harapan besar seluruh awak termasuk penumpang bisa ditemukan," kata Letkol Sugeng.