REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kegalauan tidak selalu bermakna negatif, juga tidak lantas membuat seseorang menjadi lebih buruk. Penyanyi campursari Didi Kempot malah mengajak semua penonton terbuka pada diri sendiri atas kegalauan yang dirasakan.
"Saya kalau galau justru produktif, tapi ya nggak enak galau terus, makanya harus dilepaskan lewat karya, lewat lagu," kata pria yang dijuluki "Lord of Broken Heart" itu sebelum tampil pada Konangan Concert di Livespace SCBD, Jakarta, Jumat (20/9).
Julukan viral yang tersemat pada Didi bukan tanpa alasan. Para penggemar yang memiliki nama panggilan Sobat Ambyar menganggap dia raja patah hati karena lagu-lagunya yang tidak lekang oleh masa penuh cerita patah hati.
Sejak berkarya pada 1989, tembang galau Didi yang berbahasa Jawa tak pernah membosankan didengar, seperti "Sewu Kuto" dan "Stasiun Balapan". Tembang yang dia ciptakan beberapa tahun belakangan pun tak kalah galau seperti "Pamer Bojo" (2016) dan "Ambyar" (2019).
Didi menampilkan lagu lawas dan baru itu pada Konangan Concert. Highway Live selaku promotor memaksudkan konser sebagai upaya level up Sobat Ambyar menikmati suguhan karya Didi Kempot dengan tata panggung, tata cahaya, dan tata suara mumpuni.
Direktur Highway Live Oktoberi Surbakti berharap Konangan Concert sukses menjadi wadah galau Sobat Ambyar dari berbagai lapisan. Menurut dia, galau adalah hak segala bangsa. Dia juga menyampaikan arti dari tajuk konangan.
"Konangan dalam bahasa Jawa berarti ketahuan. Kami ingin memberikan sajian yang 'ketahuan' membuat penonton pulang dengan senang dan kenangan itu tidak akan berkesan kalau tidak ada momen 'konangan' Didi Kempot," ujar Oktoberi.