Sabtu 21 Sep 2019 17:09 WIB

Gubernur Sulsel Ajak IBI Tekan Stunting

Sebagai salah satu wilayah penyangga pangan nasonal, angka stunting harusnya rendah.

Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah menjawab pertanyaan wartawan seusai melakukan pertemuan dengan pimpinan KPK di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (19/12/2018).
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah menjawab pertanyaan wartawan seusai melakukan pertemuan dengan pimpinan KPK di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (19/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Gubernur Sulawesi Selatan HM Nurdin Abdullah mengajak Ikatan Bidan Indonesia (IBI) ikut bersama-sama menekan stunting. Angka stunting cukup tinggi di daerah ini.

Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah mengatakan di Makassar, tantangan yang ada dan perlu dukungan dunia kesehatan dan kebidanan adalah masalah stunting dan soal angka kematian ibu melahirkan. "Harusnya stunting itu terendah. Tetapi tidak ada kata terlambat. Mari kita sama-sama membenahi stunting,” ujarnya.

Baca Juga

Soal stunting atau gizi buruk menjadi isu nasional termasuk di Sulsel. Baginya, Sulawesi Selatan selayaknya angka stunting harus rendah, karena daerah ini salah satu penyangga pangan nasional. Upaya untuk menekan itu bisa dilakukan di 1.000 hari pertama kelahiran.

Nurdin menyebutkan contoh sukses negara maju, seperti Jepang. Ia kemudian bercerita pengalamannnya enam tahun di Jepang saat menempuh pendidikan dan memiliki anak.

Pada saat istrinya dinyatakan hamil saat itu pula pemerintah hadir. Dengan memberikan kartu kesehatan dengan fasilitas susu gratis dan layanan kesehatan. "Setiap minggu kita, para suami datang kantor kecamatan untuk mendapatkan susu, demikian juga pada saat mau lahir pemerintah juga hadir. Saya kebetulan mahasiswa kala itu," ungkapnya.

Upaya menciptakan sumber daya unggul ini termasuk setelah melahirkan melalui pendidikan dan pemenuhan gizi baik. Termasuk di PAUD dan tempat penitipan anak. "Tanggung jawab kita melahirkan. Terus kita bangun karakternya lebih baik dan saya kira kemudian hari anak kita tumbuh menjadi anak-anak yang kuat," sebut Nurdin.

Untuk mencapai hal itu maka diperlukan kolaborasi antara pemerintah dan stake holder yang lain. Termasuk dengan paguyuban atau organisasi profesi seperti IBI.

Sementara itu, Ketua Ikatan Bidan Indonesia Provinsi Sulsel, Suriani, menyampaikan bahwa ikatan bidan ini berdiri 24 Juni 1951. Fakta empiris bidan memiliki peranan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Sementara untuk upaya menguatkan organisasi, melakukan konsolidasi dalam setiap tingkatan. "Juga melakukan peningkatan kompetensi dengan memberikan pelatihan," sebutnya.

Ia juga kepada unsur terkait dapat bersinergi dan memberi dukungan kepada bidan di pelayanan kesehatan sesuai sila kedua Pancasila. Organisasi ini juga memberikan pengakuan pelayanan kebidanan, serta bidan mencintai profesinya.

"Pada teman-teman sekalian yang hadir pada hari ini, dengan kecintaan terhadap profesi kita, mari bersama-sama menjaga, kita tumbuh kembangkan Ikatan Bidan Indoneisa menjadi organisasi yang bermartabat," harapnya.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement