REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Kepala Eksekutif Saudi Aramco Amin Nasser mengatakan Aramco berhasil mengatasi serangan terhadap instalasi minyaknya dengan lebih kuat dari sebelumnya. "Kebakaran yang dimaksudkan menghancurkan Saudi Aramco memiliki konsekuensi yang tak diharapkan. Semuanya menggembleng 70 ribu dari kita untuk bangkit dengan cepat dan percaya diri. Dan Saudi Aramco telah keluar dari peristiwa ini lebih kuat daripada sebelumnya," katanya dalam pesan itu yang ditujukan pada para pegawai, Sabtu (21/9).
Arab Saudi pada Rabu (18/9) memperlihatkan sisa-sisa yang digambarkannya sebagai pecahan peluru kendali jelajah dan drone milik Iran yang digunakan dalam serangan terhadap instalasi minyak Arab Saudi. Saudi mengatakan Iran tak dapat mengelak bukti agresi tersebut.
Sebanyak 25 pesawat tanpa awak dan rudal ditembakkan ke dua pabrik minyak pada serangan pekan lalu, termasuk kendaraan udara tanpa awak (UAV) Iran Delta Wing dan rudal jelajah Ya Ali. "Serangan berasal dari arah utara dan tak dapat diragukan lagi didukung oleh Iran. Bukti yang Anda lihat di depan Anda, membuat (negara) ini 'tak bisa berkutik'," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Kolonel Turki Al-Maliki saat konferensi pers.
Militer Arab Saudi menunjukkan puing yang mereka sebut rudal jelajah dan drone milik Iran yang digunakan menyerang fasilitas minyak Aramco di Abqaiq dan Khurais dalam konferensi pers di Riyadh, Arab Saudi, Rabu (18/9).
Iran membantah keterlibatan apa pun dalam serangan yang mulanya mengurangi produksi minyak Arab Saudi. Seorang penasihat presiden Iran mencicit di Twitter konferensi pers tersebut membuktikan Arab Saudi tak tahu apa-apa. Kelompok gerilyawan Al-Houthi Yaman, yang bersekutu dengan Iran dan memerangi koalisi militer pimpinan Saudi, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.