Ahad 22 Sep 2019 11:38 WIB

Empat Maskapai Alihkan Penerbangan dari Bandara Pekanbaru

Sejak Ahad pagi empat maskapai sudah coba mendarat di Bandara Pekanbaru.

Rep: Antara/ Red: Indira Rezkisari
Penumpang melintas dengan latar belakang pesawat yang diselimuti kabut asap di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Riau, Sabtu (21/9).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Penumpang melintas dengan latar belakang pesawat yang diselimuti kabut asap di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Riau, Sabtu (21/9).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Empat maskapai mengalihkan penerbangan dari Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru menuju sejumlah bandara terdekat. Pengalihan terpaksa dilakukan akibat kabut asap pekat yang menyelimuti ibu kota Provinsi Riau tersebut, Ahad (22/9).

Officer in Charge Bandara SSK II Pekanbaru, Benni Netra di Pekanbaru, Ahad, mengatakan Batik Air 6856 dan Lion Air JT 296 mengalihkan penerbangan ke Hang Nadim, Batam. Sementara dua lainnya kembali ke bandara awal.

Baca Juga

"Empat pesawat yang melakukan holding (berputar-putar di udara) divert (mengalihkan penerbangan)," kata Benni.

Batik Air 6856 yang terbang sejak pukul 06.00 WIB dari Bandara Soekarno Hatta sempat berputar-putar lebih dari dua jam lamanya di langit Pekanbaru sebelum akhirnya memilih terbang menuju Hang Nadim, pukul 10.00 WIB. Hal yang sama juga dilakukan pilot Lion Air JT 296 dari Yogyakarta.

Sementara Citilink QG 936 terpaksa harus kembali ke Bandara Soekarno Hatta setelah sempat berputar-putar di udara akibat kesulitan mendarat di Bandara SSK II Pekanbaru. Begitu juga dengan Malindo Air OD 362 asal Subang, Kuala Lumpur yang kembali ke Malaysia karena tidak memungkinkan untuk melakukan pendaratan.

Sejak Ahad pagi, empat pesawat itu telah berupaya mendarat di Bandara SSK II Pekanbaru. Namun, jarak pandang pendek yang hanya 500 meter membuat pilot harus berputar-putar di udara seraya menunggu jarak aman pendaratan minimal 800 meter.

Benni mengatakan, jarak pandang aman untuk mendaratkan pesawat adalah 800 meter. Akan tetapi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan jarak pandang hanya 500 meter akibat asap.

Terbatasnya jarak pandang itu merupakan dampak dari Karhutla yang kini melanda sebagian wilayah Riau. BMKG menyatakan jarak pandang terbatas juga berlangsung di Kabupaten Pelalawan yang hanya berkisar 300 meter, Rengat Kabupaten Indragiri Hulu 500 meter serta Kota Dumai 1 Kilometer.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement