Ahad 22 Sep 2019 14:46 WIB

Iran akan Usulkan Rencana Perdamaian Teluk di Sidang PBB

Iran meminta agar pasukan asing hengkang dari kawasan Teluk.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Iran Hassan Rouhani
Foto: Iranian Presidency Office via AP
Presiden Iran Hassan Rouhani

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan negaranya akan mengusulkan rencana perdamaian kawasan Teluk pada Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Hal itu akan diimplementasikan dalam bentuk kerja sama regional.

Rouhani mengungkapkan saat ini banyak pasukan asing yang hadir di kawasan Teluk. "Pasukan asing dapat menyebabkan masalah dan ketidakamanan untuk rakyat dan wilayah kita," kata dia pada Ahad (22/9), dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Ia meminta agar pasukan asing di Teluk hengkang dan menjauh. "Kehadiran kalian selalu membawa rasa sakit dan kesengsaraan untuk wilayah ini. Semakin jauh kalian dari kawasan dan negara kami, semakin akan ada keamanan untuk wilayah kami," ujar Rouhani.

Dia mengungkapkan rencana perdamaian itu akan disuguhkan kepada PBB dalam beberapa hari mendatang. "Dalam momen bersejarah yang sensitif dan penting ini, kami mengumumkan kepada tetangga kami, bahwa kami mengulurkan tangan persahabatan serta persaudaraan kepada mereka," katanya.

Amerika Serikat (AS) diketahui telah membentuk koalisi keamanan maritim di wilayah Teluk. Koalisi dibentuk untuk memberi pengamanan kepada kapal-kapal dagang dan tanker yang melintasi Selat Hormuz.

Ketegangan di Selat Hormuz mulai tumbuh ketika empat kapal tanker diserang di dekat pelabuhan Fujairah pada 12 Mei lalu. Dua kapal di antaranya teridentifikasi bernama Amjad dan Al Marzoqah asal Arab Saudi. Sementara dua kapal lainnya adalah Andrea Victory milik perusahaan Norwegia Thome Ship Management dan A Michel yang berbendera Uni Emirat Arab (UEA).

Pada Juni lalu, kapal tanker Jepang dan Norwegia kembali menjadi target penyerangan di Teluk Oman. Kapal tersebut diketahui bernama Kokuka Courageous dan Front Altair.

Kapal Kokuka Courageous sempat terbakar akibat ledakan. Namun seluruh awaknya selamat dan tak mengalami luka serius. AS menuding Iran terlibat dalam serangkaian serangan terhadap kapal-kapal tersebut. Namun Teheran telah dengan tegas membantah tuduhan itu.

Pada 14 September lalu, dua fasilitas minyak milik Saudi Aramco diserang kapal nirawak. Serangan itu dilaporkan memangkas lima persen produksi minyak dunia. AS kembali menuduh Iran terlibat dalam serangan tersebut. Tudingan itu pun dibantah.

Pasca-serangan Aramco, Presiden AS Donald Trump setuju untuk mengerahkan pasukan militernya ke Saudi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement