Ahad 22 Sep 2019 16:36 WIB

Begini Saran Ponpes Tarbiyatul Banin Cirebon Soal SKI

Ponpes Tarbiyatul Banin melihat sejarah perlu dipelajari dan diambil hikmahnya.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Agung Sasongko
Santri
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Santri

REPUBLIKA.CO.ID,  CIREBON --- Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatul Banin Cirebon, KH Abdullah Nasiruddin menanggapi wacana penghapusan materi perang dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)  oleh Kementerian Agama yang sempat menjadi polemik dalam beberapa pekan terakhir.  Kiai Abdullah yang juga alumni Al Azhar Kairo tak sepakat jika materi perang dihapuskan dalam pelajaran SKI. Sebab bagaimanapun, hal itu merupakan sejarah dan fakta yang harus dipelajari dan diambil hikmahnya.

“Kalau dieliminir itu jangan, jangan dihilangkan. Sejarah adalah sejarah, fakta adalah fakta, bagaimana umat bisa mengambil i'tibar dari peristiwa sejarah itu sendiri,” tutur Kiai Abdullah saat berbincang dengan Republika,co.id pada Sabtu (21/9).

Menurut Kiai Abdullah semestinya para siswa diberikan materi tentang sejarah kebudayaan Islam secara utuh. Baik itu terkait peperangan, masa kejayaan maupun tentang tokoh-tokoh Islam.

Lebih dari itu menurutnya pentingnya peran guru dalam memberikan sudut pandang yang beragam pada siswa saat menyampaikan materi sejarah kebudayaan Islam terutama berkaitan dengan peristiwa perang. Dengan begitu, menurutnya wawasan keislaman siswa pun dapat lebih berkembang.

“Seharusnya memang diberikan secara utuh dan komperhensif, tidak dipilah-pilah. Bagaimanpun peristiwa perang juga sejarah,” katanya.

Wacana penghapusan materi perang dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam oleh Kementerian Agama (Kemenag) sempat menjadi polemik di dunia pendidikan.  Mengutip pernyataan Direktur Kurikulum Sarana Prasarana Kesiswaan dan Kelembagaan (KSKK) Madrasah Kementerian Agama, Ahmad Umar, bahwa hal ini dilakukan agar Islam tidak lagi dianggap sebagai agama yang radikal. Selain itu pemerintah ingin mendidik siswa menjadi orang-orang yang memiliki toleransi tinggi kepada penganut agama-agama lainnya.

Meskipun pernyataan ini telah direvisi oleh Kemenag yang menyatakan bahwa materi perang bukan dihapus, namun tidak dijadikan tonggak sejarah. Yang ditonjolkan nantinya adalah perjuangan-perjuangan Rasulullah dalam membawa Islam yang damai, Islam yang menyejukkan, Islam yang tidak keras.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement