Senin 23 Sep 2019 03:00 WIB

Bekraf: Perlambatan Ekonomi tak Pengaruhi Bisnis Film

Pada tahun ini jumlah penonton film Indonesia bisa menembus 60 juta penonton

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Penonton mengantre masuk ke studio bioskop di Jakarta.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Penonton mengantre masuk ke studio bioskop di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menilai pertumbuhan industri hiburan khusus bisnis perfilman terus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah penonton film selama tiga tahun terakhir terus mengalami pertumbuhan cukup signifikan.

Berdasarkan data Bekraf jumlah penonton film Indonesia pada 2015 sebanyak 16,2 juta. Angka ini meningkat lebih dari 100 persen dari 2016, penonton film Indonesia mencapai 34,5 juta penonton. 

Baca Juga

Pada 2017 penonton film nasional meningkat lagi menjadi 40,5 juta. Kemudian pada 2018 lebih dari 50 juta penonton.

"Diperkirakan pada akhir 2019, penonton film nasional bisa menembus jumlah 60 juta penonton," ujar Deputi Fasilitasi Hak Kekayaan Intelektual dan Regulasi Bekraf Ari Juliano Gema ketika dihubungi Republika, Ahad (22/9).

Menurutnya saat ini perlambatan ekonomi dalam negeri tidak cukup memengaruhi industri hiburan khususnya bisnis perfilman. "Jika melihat pertumbuhan industri film sebagai bagian dari industri hiburan, maka terlihat bahwa perlambatan ekonomi tidak begitu mempengaruhi," jelasnya.

Ke depan, dia menyakini bisnis perfilman cukup potensial khususnya produski film dan bioskop. Tercatat, sepanjanh 2018 jumlah film bioskop yang berhasil diproduksi hampir menyentuh 200 judul sedangkan tahun sebelumnya jumlah produksinya hanya 143 judul.

"Hal ini memperlihatkan aktivitas produksi film yang meningkat akibat antusiasme penonton film Indonesia tentu membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit," jelasnya.

Kendati demikian, Ari mengakui masih banyak daerah di Indonesia yang belum memiliki bioskop. Padahal minat masyarakat di berbagai daerah begitu besar untuk menonton film Indonesia.

"Industri film cukup potensial khususnya produski film dan bioskop," ucapnya.

Sementara Perencana Keuangan Melvin Mumpuni menambahkan saat ini tren kalangan milenial mengonsumsi industri hiburan mengalami peningkatan. Hal ini didorong munculnya dompet digital yang menawarkan potongan harga.

"Jika dilihat trendnya konsumsi milenial naik karena didorong faktor diskon. Misal ada diskon dari Ovo, Gopay dan lainnya," ujarnya ketika dihubungi Republika.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement