Ahad 22 Sep 2019 15:46 WIB

Kemenkominfo Sampaikan Pesan Perdamaian Bermedia Sosial

Kemenkominfo berharap masyarakat memahami perbedaan bukanlah penghalang.

Kemenkominfo menyelengarakan Tabligh Akbar yang menghadirkan Habib Salim bin Jindan di Lapangan Putra Guna Pondok Pinang, Jakarta Selatan, Jumat (20/9).
Foto: Istimewa
Kemenkominfo menyelengarakan Tabligh Akbar yang menghadirkan Habib Salim bin Jindan di Lapangan Putra Guna Pondok Pinang, Jakarta Selatan, Jumat (20/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terus melakukan edukasi kepada masyarakat untuk menangkal konten negatif seperti hoax, ujaran kebencian dan fitnah di media sosial. Bertempat di Lapangan Putra Guna Pondok Pinang, Jakarta Selatan, Jumat (20/9), Kemenkominfo menyelengarakan Tabligh Akbar yang menghadirkan Habib Salim bin Jindan.

Dalam sambutannya Kemenkominfo yang diwakili oleh Kepala Bagian Hukum dan Kerjasama Sekretariat Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Mediodecci Lustarini, ini bertujuan untuk mengajak masyarakat merawat persatuan dalam membangun bangsa dan menyampaikan pesan perdamaian di Indonesia.

"Kominfo senantiasa berkomitmen untuk menyuarakan pentingnya merawat persatuan. Kegiatan ini salah satu bentuknya, bersilaturahmi ke warga Pondok Pinang untuk menyuarakan pentingnya persatuan bangsa," kata Mediodecci dalam rilisnya, Ahad (22/9).

Kemenkominfo berharap masyarakat memahami perbedaan bukanlah penghalang untuk bersatu, dan persatuan adalah pondasi pembangunan bangsa. "Tabligh Akbar ini untuk mengingatkan kita bahwa persatuan adalah pondasi penting untuk membangun bangsa dan perbedaan bukanlah suatu kendala untuk Indonesia," ujar dia.

Dalam ceramahnya di Tabligh Akbar, Habib Salim mengajak masyarakat untuk senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Menurutnya, salah satu tugas ulama adalah menjaga kerukunan umat dan selalu mengedepankan keharmonisan antar sesama umat beragama.

Maka dari itu, ia mengingatkan agar masyarakat tidak mudah terpancing isu-isu terkait radikalisme yang mengatasnamakan agama. "Ulama itu tugasnya menjaga persatuan. Jangan mau terpancing isu radikalisme agama. Kita jangan mudah terpecah belah," ujar Habib.

“Kita sepakat bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk bersatu, begitu pula keberagaman bukanlah ancaman untuk Indonesia berdiri sebagai satu bangsa, bukankah perbedaan adalah Rahmat Allah. Oleh karenanya kita wajib bersyukur dan menjadi perbedaan serta kemajemukan sebagai energi positif untuk mewujudkan Indonesia maju,” lanjutnya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement