Ahad 22 Sep 2019 19:23 WIB

TNI Inginkan Pendekatan Lebih Bersahabat di Papua

Kehadiran pasukan militer di Ilaga untuk memberi jaminan keamanan.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Teguh Firmansyah
Prajurit Korps Marinir TNI AL berjaga di Pelabuhan Jayapura, Papua, Ahad (1/9/2019).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Prajurit Korps Marinir TNI AL berjaga di Pelabuhan Jayapura, Papua, Ahad (1/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tentara Nasional Indonesia (TNI) belum berencana untuk menarik pasukan keamanan di wilayah Ilaga, Puncak, Papua. Pangdam XVII Cenderawasih Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Herman Asaribab mengatakan, yang paling penting saat ini adalah memastikan adanya pendekatan lebih bersahabat dan kekeluargaan dalam penanganan gangguan keamanan di wilayah paling timur Indonesia tersebut.

“Terkait masalah adanya permintaan penarikan pasukan sesuai keinginan masyarakat, nanti kita akan sampaikan kepada pimpinan,” ujar Herman dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (22/9).

Baca Juga

Ia mengatakan, pasukan militer yang diterjunkan ke Ilaga, Puncak adalah untuk memberikan jaminan keamanan kepada masyrakat, setelah insiden baku tembak terjadi di perkampungan Olenki, Ilaga, Puncak, pada Selasa (17/9).

Versi militer menyebutkan baku tembak itu terjadi antara pasukan gabungan TNI-Polri dengan Kelompok Kekerasan Bersenjata (KKB) Papua yang dipimpin seorang komandan bernama Murib. Insiden itu, menurut militer membuat tiga warga biasa meninggal dunia, satu di antaranya adalah balita, berusia tiga tahun.  Empat warga sipil lainnya juga mengalami luka-luka.

Akan tetapi, Pasukan Tentara Pemmbebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) menceritakan yang berbeda.

Menurut TPNPB-OPM, jatuhnya korban jiwa dari kalangan sipil di Olenki, pekan lalu itu, bukan karena kontak senjata dengan TNI-Polri. Melainkan, terjadi serangan sepihak pasukan gabungan Indonesia yang menyerbu pedesaan saat rakyat setempat hendak melakukan kesepakatan damai terkait konflik antar suku. Serangan militer Indonesia itu, dikatakan TPNPB-OPM dilakukan lewat darat dan udara, dengan persenjataan berat sehingga menimbulkan korban jiwa yang tak sedikit. 

Terlepas dari versi yang berbeda antara TNI-Polri, dan TPNPB-OPM, Bupati Puncak Willem Wandik, pada Sabtu (21/9) meminta agar dilakukan penarikan personel keamanan dari wilayahnya.

Kapendam Cenderawasih Letkol CPL Eko Daryanto menerangkan, permintaan itu sudah sampai ditangan Pangdam Mayjen Herman. Keduanya, sudah bertemu pada Ahad (22/9) di Ilaga, untuk mengunjungi para korban dan masyrakat, sekaligus mendiskusikan situasi, dan membahas penanganan pascainsiden.  

Eko mengatakan, tim Asistensi Polri Irjen Paulus Waterpaw juga ikut dalam pertemuan tersebut mewakili Kapolri. Ketiganya setuju untuk menjaga keamanan yang kondusif di Ilaga, Puncak. Namun Bupati Wandik menyampaikan aspirasi masyarakat yang meminta TNI-Polri menarik pasukan dari perkampungan, dan menghentikan pengejaran anggota dan loyalis KKB yang mendompleng dan berbaur di tengah warga biasa. 

“Pengejaran KKB harus dihentikan karena mereka berbaur dengan di masyarakat. Dampak pengejaran, hanya menjadikan masyarakat sebagai korban,” kata Wandik.

Wandik juga menambahkan, akan melayangkan surat kepada Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian, agar persoalan keamanan di Ilaga, Puncak, dapat diselesaikan dengan cara-cara yang lebih bersahabat dan manusiawi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement