Ahad 22 Sep 2019 22:00 WIB

PBB Sambut Inisiatif Houthi Hentikan Serangan ke Saudi

Houthi mengaku bertanggung jawab atas serangan ke fasilitas minyak Saudi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Serangan drone Houthi ke fasilitas pengolah minyak Arab Saudi, Abqaiq, menyebabkan kebakaran dan menghentikan setengah pasokan minyak di Buqyaq, Arab Saudi, Sabtu (14/9). Terlihat asap kebakaran membumbung.
Foto: Al-Arabiya via AP
Serangan drone Houthi ke fasilitas pengolah minyak Arab Saudi, Abqaiq, menyebabkan kebakaran dan menghentikan setengah pasokan minyak di Buqyaq, Arab Saudi, Sabtu (14/9). Terlihat asap kebakaran membumbung.

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Utusan PBB untuk Yaman Martin Griffiths menyambut tawaran kelompok pemberontak Houthi untuk menghentikan semua serangan terhadap Arab Saudi. Dia menilai hal itu dapat mengakhri konflik Yaman yang telah berlangsung selama sekitar lima tahun. 

Dia berpendapat tawaran Houthi dapat mengirim pesan kuat dari keinginan untuk mengakhiri perang. "Penting mengambil keuntungan dari kesempatan ini dan bergerak maju dengan semua langkah yang diperlukan untuk mengurangi kekerasan, eskalasi militer, dan retorika yang tidak membantu," kata Griffiths pada Sabtu (21/9), dikutip laman Aljazirah

Baca Juga

Pada Jumat malam, Houthi mengusulkan menghentikan semua tindakan bermusuhan dengan semua pihak, termasuk Saudi. "Kami menyatakan berhenti menargetkan wilayah Arab Saudi dengan drone (pesawat nirawak) militer, rudal balistik, dan semua bentuk senjata lainnya, dan kami menunggu langkah balasan dari mereka," ujar kepala dewan politik tertinggi Houthi Mahdi al-Mashat. 

Jika ususan tersebut tak disambut positif, Houthi menyatakan berhak mengambil tindakan.  Dia pun meminta agar semua pihak yang terlibat dalam konflik Yaman terlibat dalam negosiasi serius.

Houthi mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap dua fasilitas minyak Saudi Aramco pada 14 September lalu. 

Serangan tersebut dilakukan dengan menggunakan 10 pesawat nirawak. Juru bicara militer Houthi Brigadir Yahya Saree mengatakan, kelompoknya memang sengaja menerbangkan beberapa drone untuk mengecoh sistem pertahanan dan keamanan Saudi. Dengan begitu drone utama dapat mencapai sasaran. 

Saree pun sempat menyatakan akan melancarkan serangan ke Uni Emirat Arab (UEA). "Kami mengumumkan bahwa kami memiliki puluhan target di UEA, di antaranya Abu Dhabi dan Dubai, dan bahwa mereka dapat menjadi sasaran kapan saja," ujarnya pada Rabu lalu. 

Saudi dan UEA tergabung dalam koalisi militer yang memerangi Houthi di Yaman. Mereka menganggap Houthi adalah ancaman keamanan karena memperoleh dukungan dari Iran. 

Sejak kedua negara itu melakukan intervensi militer, krisis kemanusiaan di Yaman semakin memburuk. Saudi dan UEA diketahui sempat beberapa kali memblokade Hodeidah, yakni pelabuhan utama negara tersebut. 

Aksi blokade menyebabkan pasokan atau distribusi bantuan kemanusiaan terhambat. Tak sedikit dari warga Yaman yang akhirnya harus menghadapi kelaparan dan tak memiliki akses ke layanan kesehatan. 

PBB telah menyebut krisis Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Lebih dari 700 ribu orang telah tewas sejak 2016. Perang yang telah berlangsung sejak 2014 itu belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement