REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mempersiapkan jalur sepeda di sepanjang jalan yang diberlakukan kebijakan ganjil-genap. Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan terlihat kerap bersepeda saat bekerja lengkap dengan seragam dinasnya.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno mengatakan, Kota Surakarta di Jawa Tengah merupakan contoh kota yang sudah memiliki jalur sepeda yang selamat, aman, cukup lebar, dan terpanjang di Indonesia.
"Selain dilengkapi dengan rambu juga terhubung operasional lampu pengatur lalu lintas (traffic light) khusus pesepeda yang dikendalikan dalam sistem transportasi cerdas atau inteligentia transport system (ITS)," ujar Djoko dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Ahad (22/9).
Menurut dia, jalur sepeda sudah lama terbangun di beberapa kota di Indonesia dengan istilah jalur lambat. Sayangnya, jalur lambat itu banyak yang sudah dihilangkan untuk pelebaran jalan demi kelancaran arus kendaraan bermotor.
Djoko mengaku mengapresiasi rencana Pemprov DKI Jakarta membangun jalur sepeda sepanjang 63 kilometer. Akan tetapi, jalur sepeda yang dibuat harus menjamin pesepeda selamat, aman, dan ramah lingkungan sehingga warga nyaman mengayuh sepeda.
Ia mengatakan, beberapa kota sudah seperti Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Palembang, Bogor, Malang, Semarang, Balikpapa sudah membangun jalur sepeda. Namun, belum bisa membangkitkan pesepeda lebih banyak untuk aktivitas sehari-hari.
Sebab, kata Djoko, jalur sepeda tersebut tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya karena kerap digunakan jalur kendaraan bermotor dan sebagai tempat parkir. Faktor keselamatan dan polusi udara menjadi faktor penghambat sepeda menjadi moda mobilitas keseharian.
"Kasus tabrak lari yang dialami pesepeda kerap terjadi. Sandy Syafiek, karyawan televisi swasta di Jakarta yang tewas saat tertabrak mobil di Jalan Gatot Subroto, Februari 2018," kata dia.
Ia menuturkan, ada tiga macam jalur sepeda yang dapat dibangun. Pertama bike path, yaitu memberikan jalur sepeda dan pejalan kaki dalam satu jalur sama tinggi dengan meminimkan persilangan keduanya. Contohnya, sudah terbangun di sekeliling Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor.
Kedua, bike lane, yaitu menyediakan jalur khusus bagi sepeda di jalan umum, sebaiknya dilengkapi pembatas fisik. Jalur sepeda di kota-kota di Tiongkok diberikan pembatas fisik demi keselamatan.
Ketiga, bike route, jalur sepeda yang menyediakan penggunaan sepeda bersama dengan lalu lintas pejalan kaki atau kendaraan bermotor. Jenis jalur sepeda ini biasanya di ruas jalan dengan volume lalu lintas lebih rendah.
Djoko melanjutkan, Kuala Lumpur pada 2018 telah membangun jalur sepeda dengan cat warna biru di jalan-jalan tengah kotanya. Jalur sepeda di banyak kota di Eropa terbangun dalam satu lajur dengan kendaraan bermotor hanya dipisahkan cukup dengan marka pembatas.
Sehingga, pendidikan dan pengetahuan masyarakat agar peduli dengan keselamatan harus ditanamkan. Sebab, di Indonesia, jalur sepeda yang dibangun dapat menyatu dengan pejalan kaki atau diberikan pembatas fisik jika bersisian dengan jalan raya.
"Jika fasilitas jalur sepeda dibangun dengan memperhatikan faktor keselamatan, keamanan dan ramah lingkungan, niscaya akan semakin banyak warga yang mau menggunakan sepeda untuk mobilitas kesehariannya," tutur Djoko.
Ia menambahkan, jaringan jalur sepeda yang dibangun harus terintegrasi dan berkelanjutan. Tidak hanya di jaringan jalan tengah kota, akan tetapi dimulai dari kawasan perumahan dan pemukiman warga.