REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala tim Ferrari Mattia Binotto pasang badan untuk membela strategi pitstop yang diterapkan tim di Grand Prix Singapura, Ahad (23/9). yang membawa Sebastian Vettel mengalahkan rekan satu timnya, Charles Leclerc. Vettel akhirnya menjadi juara dalam GP Singapura.
Leclerc, yang start dari pole position, terlihat mampu mengendalikan balapan dan mengincar kemenangan ketiganya secara beruntun musim ini setelah Belgia dan Italia, namun Vettel masuk pit lebih awal untuk melompati Leclerc lewat taktik yang disebut undercut.
Pebalap asal Jerman itu meraih kemenangan pertamanya sejak terakhir naik podium teratas di Belgia, Agustus tahun lalu. Kedua pebalap itu pun mempersembahkan finis diurutan 1 dan 2 bagi Ferrari sejak terakhir kali tim itu merasakan hal serupa pada GP Hungaria 2017.
Leclerc mengeluhkan kekesalannya lewat radio, namun Binotto mengatakan jika memasukkan Vettel ke pit lebih awal menjadi keputusan yang tepat demi keunggulan tim secara umum. Strategi itu terbukti menghalangi pebalap Red Bull Max Verstappen dan Valtteri Bottas dari tim Mercedes untuk melakukan undercut di depan Ferrari.
"Verstappen dan Bottas kala itu siap untuk pitstop, kami tahu itu, dan cara terbaik untuk melindungi posisi Sebastian adalah untuk menariknya," kata Binotto seperti dikutip Reuters.
"Jadi itu adalah waktu yang tepat untuk menghentikan Seb dan oleh karena itu aku kira tidak perlu ada diskusi," katanya.
Biasanya, tim memasukkan mobil yang memimpin ke pit lebih dulu untuk memberinya keuntungan dengan ban yang lebih baru. Namun, Ferrari khawatir, Leclerc, yang menjalani tahun keduanya di Formula 1, bisa keluar di belakang mobil yang lebih lambat.
Pebalap yang menjalani tahun pertamanya dengan Ferrari itu pun melakukan pitstop satu lap setelah Vettel. Binotto juga tak menyangka Vettel bisa tampil lebih cepat (3,9 detik) dengan ban baru yang ia miliki.
"Ketika kami menghentikan Sebastian, kami kira Charles yang berhenti satu lap berselang akan bisa tetap di depan Sebastian," kata Binotto.
Leclerc mengaku dia memahami situasi itu. "Jelas aku ingin satu tempat lebih tinggi hari ini tapi ini bagian dari hidup. Terkadang berjalan demikian dan aku akan bangkit lebih kuat di Rusia," ucapnya.